Yalda: Tradisi Persia dalam Menyambut Musim Dingin – Bagyanews.com
Connect with us

Budaya

Yalda: Tradisi Persia dalam Menyambut Musim Dingin

Published

on


Di negara yang mempunyai empat musim termasuk Iran, saat ini sedang memasuki musim dingin. Masyarakat Persia mempunyai tradisi khusus yang dilakukan untuk menyambut musim yang identik dengan salju ini. Tradisi tersebut dikenal dengan syab-e yalda atau malam yalda.

Syab-e yalda adalah malam terpanjang dalam satu tahun yang jatuh di malam pertama pada saat musim dingin tiba. Tradisi ini adalah warisan Iran kuno yang sudah berumur ribuan tahun. Walaupun demikian, tradisi ini masih dilestarikan hingga saat ini di samping perayaan nowruz atau tahun baru Persia.

Disebut malam terpanjang karena pada saat musim dingin, durasi malam menjadi panjang, sedangkan siang menjadi singkat. Di Iran sendiri saat musim dingin tiba, jam lima sore langit sudah gelap dan jam setengah delapan pagi matahari baru muncul.

Sore sebelum perayaan syab-e yalda, bazar di Iran akan mendadak lebih ramai dari biasanya. Masyarakat tumpah ruah membeli kebutuhan untuk merayakan malam yalda. Tak jarang mereka berbelanja bersama-sama ditemani keluarganya. Buah-buahan dan kacang-kacangan adalah sajian utama yang harus tersedia.

Pada perayaan syab-e yalda, masyarakat Iran akan mengundang para kerabat untuk datang ke rumahnya. Biasanya mereka berkumpul di tempat orang tua dengan keluarga besarnya. Malam yalda menjadi momen untuk mempererat ikatan emosional antar keluarga.

Perkumpulan keluarga rasanya tak lengkap tanpa hadirnya hidangan. Sajian khusus dalam perayaan syab-e yalda dikenal dengan istilah syab careh yang biasanya terdiri dari tujuh jenis buah-buahan dan kacang-kacangan. Jenis buah-buahan yang selalu hadir terutama semangka dan delima.

Momen yalda juga biasanya dimanfaatkan untuk saling bertukar hadiah antar keluarga. Hadiahnya bisa berupa kue, pakaian, dan barang-barang lainnya. Semua itu dimaksudkan untuk memberikan kebahagiaan di antara anggota keluarga.

Iklan – Lanjutkan Membaca Di Bawah Ini

Selain menikmati hidangan, acara perayaan biasanya juga diisi dengan pembacaan al-Qur’an dan syair-syair karya Hafez. Mereka berusaha menelaah dan memahami makna-makna yang terkandung dari keduanya.

Inilah salah satu keunikan masyarakat Persia. Kehidupan mereka sangat dekat dengan puisi-puisi dari penyair legendaris mereka. Hampir di setiap perayaan kebudayaan, puisi mereka selalu mewarnai perkumpulan. Puisinya seringkali menjadi sumber inspirasi masyarakat Persia dalam mengarungi kehidupan.

Berbincang ringan tentu saja menjadi aktifitas lain yang tak mungkin dilewatkan. Pihak orang tua dan anggota keluarga lainnya akan bercerita tentang pengalaman-pengalaman yang tak jarang mengundang gelak tawa. Suasana yang tercipta begitu hangat dan akrab.

Di beberapa daerah di Iran perayaan yalda juga diisi dengan pementasan seni. Tari tradisional diiringi dengan alat musik khas Persia membuat harmoni menakjubkan. Kehangatan antar keluarga dan masyarakat mampu mengusir cuaca yang mulai berangsur dingin.

Perayaan yalda ini tidak hanya dirayakan di Iran saja, tetapi juga di negara lain yang mempunyai pengaruh Persia yang kental seperti Afghanistan, Tajikistan, Uzbekistan, dan Azerbaijan. Di Afghanistan, yalda dijadikan momentum untuk meraih ketenangan setelah berjibaku dengan keadaan tak menentu akibat perang. Di Azerbaijan, pengantin baru akan mendapat hadiah spesial dari keluarganya. Sementara, di Tajikistan, mereka akan saling mengunjungi antar tetangga seperti lebaran di Indonesia.

Syab-e yalda dalam mitologi Persia mempunyai makna tersendiri. Syab-e yalda ini merupakan simbol dari kegelapan yang ditandai dengan waktu malam yang lebih panjang dari siang. Masyarakat percaya bahwa dengan merayakannya, mereka seolah-olah sedang pergi berperang untuk melawan setan yang membawa kegelapan. Menyalakan lilin di tengah perkumpulan adalah bentuk cahaya yang akan menerangi kegelapan.

Syab-e yalda menjadi perayaan terbesar kedua yang berakar dari tradisi Persia kuno setelah nowruz. Dari perayaan ini, kita diajarkan untuk melestarikan budaya kita sendiri dan jangan sampai meninggalkannya. Tradisi adalah warisan yang menghubungkan kita dengan para leluhur. Pesatnya perkembangan zaman tidak boleh dijadikan alasan untuk meninggalkan tradisi.



Sumber Berita

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved