Hidup Jangan Asal-Asalan, Karena Kelak Ia Akan Dipertanggungjawabkan! – Bagyanews.com
Connect with us

hidup mulia dengan takwa

Hidup Jangan Asal-Asalan, Karena Kelak Ia Akan Dipertanggungjawabkan!

Published

on

[ad_1]

BagyaNews.comKehidupan kita ini sangat dinamis, semuanya berjalan sesuai yang diinginkan manusia. Lihat saja, apa yang menjadi keinginan manusia kian hari terus terungkap. Penemuan demi penemuan terus dilakukan guna memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas. Baik disadari maupun tidak, setiap kejadian yang kita saksikan sehari-hari adalah pembelajaran secara tidak langsung. Kita mengetahui bahwa belajar bisa dengan siapa saja dan dengan apa saja apalagi di zaman yang sudah semakin modern ini.

“Kalau hidup sekedadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, kera di hutan juga bekerja.”

_Buya Hamka_

Kemajuan yang sejatinya menjadi harapan kita semua tidak pernah bisa kita ketahui kapan kemajuan itu akan berakhir, yang pasti kemajuan tersebut hadir untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia, artinya selama masih ada kehidupan maka kemajuan akan terus ada. Menjadi suatu hal yang wajar apabila kita mengagumi setiap penemuan dan kemajuan yang kita saksikan, bahkan kita gunakan dan rasakan dalam memenuhi kebutuhan kita sehari-hari.

Namun seiring dengan berkembangnya zaman yang tak dapat dibendung ini, jangan sampai menjadi kenikmatan yang hanya bisa kita nikmati semata tanpa ingin mengetahui, mengapa kemajuan itu sampai terjadi dan bisa digunakan untuk semua manusia. Ketahui bahwa dalam kehidupan yang modern saat ini, manusia terbagi menjadi 3 kelompok utama, antara lain; Pertama, mereka yang selalu bertanya apa yang sebenarnya “terjadi?” Kedua, mereka yang selalu melihat dan menyaksikan serta menikmati segala hal yang terjadi, dan ketiga atau terakhir, yaitu mereka yang mewujudkan sesuatu yang awalnya belum ada menjadi ada atau terwujud.

Sekarang mari kita kupas satu per satu dari tiga kelompok manusia di atas. Kelompok pertama dan kedua yaitu mereka yang selalau menanyakan apa yang sebenarnya terjadi di dunia dan menikmati semua yang ada atau terwujud. Mereka ini adalah kelompok orang yang tidak berani bermimpi, artinya mereka hanya bisa “menikmati” dan mengagumi. Mereka telah membatasi batas imajinasi mereka sendiri. Dengan asumsi bahwa mereka tidak akan mampu mewujudkan mimpinya, itu sebabnya mereka tidak berani bermimpi. Inilah yang membatasi mimpi mereka sendiri tidak terwujud. Karena dari mereka sendiri sudah mengklaim dan memproklamasikan bahwa tidak akan mampu melaksanakannya, hingga pada akhirnya apa yang mereka yakini dan mereka kerjakan itulah yang akan terjadi di kehidupan mereka. Padahal Tuhan semesta alam Allah SWT telah mengaugerahkan insting yang sama untuk setiap manusia, walaupun cara menggunakan dan memaksimalkannya berbeda-beda. Sebagaimana yang dikatakan Aristoteles, filsuf Yunani, “Kita adalah apa yang terus-menerus kita pikirkan.”

Sedangkan kelompok ketiga adalah mereka yang berani bermimpi. Mengapa mereka yang berani bermimpi bisa dikatakan sebagai kelompok ketiga? Sekarang kita buktikan, dalam kehidupan sehari-hari, apa yang tidak dihasilkan dari mimpi-mimpi mereka yang berani bermimpi? Sebut saja lampu pijar, apakah kita pernah membayangkan sebelumnya bahwa dulu akan ada lampu pijar yang bisa kita nikmati sampai saat ini? Ini tidak lain adalah berkat jasa dan mimpi besar Thomas Alva Edison. Dialah sang penemu bola lampu pijar tersebut.

Contoh sederhana yang lain, jika kita jalan-jalan di kota Jakarta, sepanjang jalan Thamrin dan Sudirman kita menyaksikan banyak berdiri megah gedung-gedung tinggi pencakar langit nan gagah dan indah. Sempatkah kita berpikir bahwa semua itu pada awalnya adalah mimpi dari seorang yang menginginkan punya gedung. Mimpi tersebut diyakini dalam pikiran positif mereka yang akhirnya dituangkan dalam bentuk gambar dibantu oleh seorang arsitek yang kemudian diwujudkan dalam bentuk gedung yang megah. Lantas apa yang berbeda dengan mimpi kita?

Satu lagi, bila ada yang tinggal di Jakarta tepatnya di Jakarta selatan, ketika melintasi jalan TB Simatupang, anda akan menyaksikan gedung setinggi kurang lebih 25 lantai, yang diatasnya bertuliskan lafadz Allah SWT, itulah masjid tertinggi di Indonesia, bahkan dunia. Tahukan anda siapa orang dibalik gedung itu, dia adalah Ary Ginanjar Agustian pencetus ESQ. Apakah gedung itu lahir dengan sendirinya karena pa Ary punya banyak duit, tentu tidak demikian. Jika anda tahu saat pertama kali beliau akan membangun gedung itu, banyak orang yang mengangabnya “gila”.

Dalam ceritanya beliau menyampaikan, “ari ginanjar gila, modalnya hanya pulpen dan kertas, you have nothing”. Mendapati hal yang demikian, apakah lantas menyerah, tidak justru beliau memilih berhusnudhon karena beliau percaya mimpinya pasti terwujud. Maka apa yang beliau lakukan; beliau selalu berfikir, berucap dan bertindak yang positif. Setiap ketemu orang selalu beliau do’akan yang positif, melihat “keburukan” beliau berhusnudhon. Dan akhirnya kita tahu, dan lihat sekarang, siapa yang gila sesungguhnya, gedung menara ESQ telah berdiri dan menjadi kebangaan banyak orang.

Bukankah menjadikan gedung yang besar itu pada awalnya berawal dari mimpi seorang untuk mewujudkan gedung yang diimpikannya. Dengan mimpinya tersebut, seorang meminta seorang arsitek untuk mendesain gambaran gedung yang diinginkan, hingga pada akhirnya dilakukan proyek untuk membikin gedung tersebut hingga pada akhirnya terwujudlah gedung yang megah dan besar seperti yang telah diimpikan seorang tersebut. Ini adalah alam sadar yang bisa kita saksikan dengan mata telanjang, dan pikiran logis kita akan menerima keberhasilan mimpi tersebut.

Berkaitan dengan pembagian manusia ke dalam tiga kelompok di atas, kita patut melihat dan berefleksi kepada diri kita masing-masing, apakah Anda termasuk kelompok pertama, kedua, ataukah ketiga? Hanya Anda yang mengetahuinya dan hanya Anda yang mampu untuk mengubahnya. Yakinlah bahwa cara pandang dan berpikir Anda memengaruhi bagaimana kehidupan dan kesuksesan serta keberkahan Anda akan terwujud. Sebagaimana telah dikatakan salah seorang bijak bahwa, “Penemuan terbesar pada abad modern saat ini adalah, apabila manusia mengetahui bahwa mereka mampu mengubah hidup, bahkan perekonomian, finansial dan kebutuhan hidup yang lain apabila mereka mampu dan mau mengubah cara berpikirnya.”

Berkaitan dengan cara berpikir, alangkah baiknya kita perhatikan kata-kata berikut ini. “Berhati-hatilah dalam berpikir, karena dari berpikir akan melahirkan keyakinan, dan keyakinan akan melahirkan perkataan, dan perkataan akan melahirkan tindakan, dan tindakan akan melahirkan kebiasaan, dan kebiasaan akan melahirkan dan membentuk kepribadian, dan kepribadian akan menentukan nasib kita”.

Masihkah kita tidak yakin akan kebesaran dan kekuatan dalam pikiran kita? Marilah kita refleksi bersama-sama diri kita. Yang pasti dan tetap kita syukuri bahwa, “Tuhan telah menganugerahkan kekuatan yang luar biasa besarnya kepada kita semua, tak terhitung dan takkan ternilai berapa besarnya anugerah yang telah Tuhan berikan. Sekarang tinggal bagaimana caranya kita mampu mensyukuri atas segala nikmat dan anugerah tersebut”. Harus diingat bahwa segala nikmat dan anugerah yang telah kita peroleh selama hidup di dunia ini, kelak akan kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan kita yang telah memberikan semua nikmat dan anugerah tersebut.

كُلُّكُمْ راعٍ وكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عن رَعِيَّتِهِ

“Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian.” (HR. Bukhori; 5200).



[ad_2]

Sumber Berita harakah.id

#Hidup #Jangan #AsalAsalan #Karena #Kelak #Akan #Dipertanggungjawabkan

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved