Ujub artinya mengagumi diri sendiri dan merasa hebat dari orang lain. Ujub menempatkan dirinya melebihi haknya. Ujub beda dengan riya. Kadangkala riya dapat dihindari, tapi ujub tetap menempel di hati.
Misalnya, kita sholat Tahajjud diam-diam, puasa sunnah diam-diam, baca Al-Qur’an diam-diam. Tidak ada yang tahu dan tidak kita ceritakan pada orang lain dengan harapan agar terhindar dari Riya.
Maka saat kita tidak menceritakan amalan kita, kita berhasil menghindari riya. Niatnya semata-mata tidak ingin dipuji orang lain. Jangan cepat puas dulu, karena setan terus berusaha menggelincirkan seseorang saat beramal saleh.
Tiba-tiba dalam hati berkata-kata, karena muncul rasa bangga terhadap diri sendiri. “Aku ini hebat, bisa bangun setiap malam tak pernah ketinggalan sholat tahajjud, sementara orang lain tertidur pulas.”
Saat hati berkata demikian, itulah yang dinamakan ujub. Walaupun berhasil untuk tidak riya, tetapi masih belum bisa lepas dari penyakit ujub.
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, bahwaNabi صلى الله عليه وسلمbersabda:
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Ada tiga perkara yang membinasakan manusia:(1) Sifat kikir yang dituruti, (2) Hawa nafsu yang ditaati, dan (3) Ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri.” (HR Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 731, Al Qudha’i dalam Musnad Asy Syihab No 325)