Para pemain tampil menghibur penontonPara penari beradu akting dengan Endah LarasPara penonton berfoto bersama Garin NugrohoPasukan Tuan Ledhek berburu ke hutanPenderitaan terus menimpa HanomanPenonton berfoto dengan para pemainPenonton menunggu sambil membaca buku acaraPerkenalan para karakter yang ada di Opera JawaPara pemain memberikan penghormatan kepada penontonPara pemain bersiap tampil dalam konferensi persOlivia Zalianti turut menonton pertunjukan Opera Jawa Selendang MerahHanoman ditangkap pasukan Tuan LedhekHanoman mengalahkan Tuan LedhekHeru Purwanto sebagai HanomanIwet meminta Anggono memperagakan tarianIwet sebagai pemandu acara konferensi persKehidupan Hanoman dikekang tuannyaKelucuan dan kepedihan melebur di atas panggungLatihan para pemainSri Ledhek bersimpati atas keadaan yang mengenaskan tersebutSri Ledhek berusaha menarik perhatian suaminya, Tuan LedhekSruti Respati, pemeran Sri LedhekSruti Respati menjawab pertanyaan wartawanTampak depan Taman Ismail MarzukiTarian akrobatik memikatTarian indah sepanjang pertunjukanTarian kontemporer indahTerkungkung dalam kelompok Tuan Ledhek, Hanoman akhirnya menjadi hewan atraksiTingkah lucu badut yang menghibur penontonSri Ledhek yang menari bersama HanomanSri Ledhek putus asa karena angkara suaminyaSri Ledhek dan selendang merahSri Ledhek di antara dua pilihanSri Ledhek hanya terpaku melihat Hanoman dan Tuan Ledhek adu kekuatanSri Ledhek iba melihat HanomanSri Ledhek memperdaya suaminya dengan kelembutannyaSri Ledhek memutuskan untuk mengakhiri hidup suaminya yang kejamSri Ledhek menyaksikan pertempuran Hanoman dan Tuan LedhekSri Ledhek mulai terpikat kepada HanomanWall of Fame, Opera Jawa Selendang MerahTepuk tangan meriah penonton setelah pertunjukanSepanjang jalan menuju Teater JakartaSerombongan monyet hidup damai di hutanSetelah mengalami pencerahan, ia menantang Tuan Ledhek untuk bertarungSi monyet putih ditemukan dan ditangkapSi monyet putih yang ditangkap kemudian diberi nama baru, HanomanSi monyet yang terkapar, siap menerima takdirSimpati Sri Ledhek pada Hanoman yang disiksaSir Ledhek bersedih melihat penderitaan HanomanSeorang penonton menulis komentar setelah pertunjukanSemua bermula dari gejolak antara alam dan manusiaPertarungan sengit antara Tuan Ledhek dan HanomanProses latihan para penariRahayu Supanggah memberikan sambutanRatapan Sri LedhekRenitasari, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation berfoto bersama para pendukung pertunjukanRombongan Ledhek yang melakukan pertunjukan kelilingRombongan tayub berkelanaSelendang merah Sri LedhekAdegan jenaka menghibur penontonAdegan lucu di tengah pertunjukanGarin Nugroho memajang karyanya di lobby Teater JakartaGarin Nugroho memberikan salam kepada penontonGarin Nugroho menjawab pertanyaan wartawanHanoman berhasil terbebas dari penjajahan Tuan LedhekHanoman dan Sri Ledhek menyatu dalam penderitaanHanoman dan Tuan Ledhek beradu kekuatanHanoman dilatih dan dijadikan tontonanHanoman disiksa dan diperas untuk mencari keuntunganGarin Nugroho berfoto bersama para pemainEndah Laras tampil memikat sebagai DalangDua Badut selalu tampil lucu ditengah cerita yang tragisAdengan pembuka Opera Jawa Selendang MerahAgung Wining Titis Purwati sebagai pendekar wanitaAktifitas penonton sebelum pertunjukanAnggono dan Sruti sedang berlatihArtistik indah dalam Opera jawa Selendang MerahArtistik memikat dalam Opera Jawa Selendang MerahBuku acara Opera Jawa Selendang MerahDanang Pamungkas sukses memerankan Badut
Didukung oleh Djarum Apresiasi Budaya dan disutradarai oleh Garin Nugroho, Opera Jawa Selendang Merah yang berlangsung di Solo tanggal 7 April 2013 dan juga di Jakarta tanggal 13 – 14 April 2013 mengusung kesederhanaan yang bersahaja dan elegan. Dengan dialog yang tidak terlalu banyak, pertunjukan ini lebih berpegang pada narasi, mimik wajah, gestur tubuh, serta tembang-tembang yang dibawakan para pelakon.
Beragam budaya bercampur baur di dalam pergelaran ini. Musik yang diaransemen oleh Rahayu Supanggah merupakan harmonisasi dari bermacam-macam musik di Indonesia, mulai dari gamelan Jawa, Karawitan, sampai musik Bali. Perpaduan beragam jenis musik tersebut juga didukung dengan koreografi oleh Anggono Kusumo dan Danang Pamungkas. Nuansa koreografi Jawa yang lembut, pelan dan bersahaja juga dipadu dengan berbagai jenis tarian lainnya, mulai dari tari Bali, tari Jawa Timur, sampai Ballet.
Kisah dimulai dengan ditangkapnya seekor monyet oleh kelompok ledhek yang dipimpin oleh Tuan Ledhek. Hanoman, si monyet, kemudian dilatih secara kejam untuk suguhan penonton. Melihat penyiksaan yang dilakukan Tuan Ledhek dan anggota kelompok lainnya terhadap Hanoman, timbul rasa belas kasihan Sri Ledhek, istri Tuan Ledhek yang juga penari tayub. Tanpa sadar, rasa belas kasihan Sri Ledhek terhadap Hanoman berubah menjadi rasa cinta.
Suatu hari, kelompok Ledhek melewati sebuah desa yang sedang dilanda musibah. Ladang-ladang mereka diserbu sekelompok binatang yang dipimpin oleh monyet-monyet. Pemimpin desa tersebut meminta kelompok Ledhek untuk melakukan upacara tolak bala yang melibatkan Sri Ledhek dan monyet. Hanoman menolak untuk melakukan tari tolak bala karena merasa manusia-manusia itu sendirilah yang mendatangkan musibah tersebut.
Deangan cambukan, Tuan Ledhek memaksa Hanoman untuk menari. Akhirnya, dengan disertai cambukan Tuan Ledhek, Hanoman berpasangan dengan Sri Ledhek melakukan tari tolak bala tersebut. Di tengah-tengah ritual tersebut, Hanoman mengalami tiwikrama, sebuah pencerahan. Ia merasa dirinya bukan hanya sekedar monyet, tapi seperti Hanoman yang seorang manusia dan dewa. Ia berbalik menantang Tuan Ledhek dan bertarung dengannya.
Walau dengan unsur tradisional yang kuat, Opera Jawa Selendang merah sukses menggugah ribuan penonton baik di Jakarta maupun Solo. Empat pertunjukan yang disuguhkan selalu dipadati penonton dari berbagai kalangan dan usia. Ini adalah bukti bahwa dengan kualitas yang tinggi, pertunjukan tradisional masih dapat memenangkan hati banyak masyarakat modern dan membuka pintu untuk budaya-budaya tradisional lainnya. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.