Dalam Islam sebenarnya tidak ada istilah pawang hujan. Sebab, urusan hujan atau karunia yang ada di muka bumi adalah kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla.Itu sebabnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, orang yang paling mengetahui hal-hal ghaib justru mengajarkan doa meminta segala sesuatu hanya kepada Allah semata.
Dikisahkan, saat terjadi kemarau panjang di Madinah, para sahabat mendatangi Nabi Muhammad agar beliau berdoa kepada Allah untuk menurunkan hujan. Nabi pun berdoa dan hujan pun turun.
Namun, hujan yang turun ternyata sangat deras. Hujan mengguyur Kota Madinah hingga tujuh hari berturut dan menyebabkan Madinah kala itu banjir. Para sahabat kembali mendatangi Nabi meminta beliau berdoa agar Allah berkenan mengatasi banji tersebut.
Maka Rasulullah SAW memanjatkan doa berikut:
للَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
Allahumma haawalaina wa laa ‘alaina. Allahumma ‘alal aakami wal jibaali, waz-zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari.
Artinya: “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Lafaz doa Rasulullah ini sangat indah. Beliau memohon kepada Zat pemilik Hujan, Allah Ta’ala agar mengalihkan hujan tersebut ke tempat lain. Dengan izin Allah, hujan pun dipindahkan ke tempat lain.
Inilah doa yang diajarkan Islam ketika terjadi hujan ekstrem. Intinya, kita memohon hanya kepada Allah Ta’ala, bukan menggantungkan urusan kepada dukun atau pawang hujan.
Ketika hujan reda, kita juga diajarkan untuk berdoa dan bersyukur atas pertolongan Allah. Berikut doanya:
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ
Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih
Artinya: “Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.”
Baca Juga: Heboh Pawang Hujan, Begini Hukumnya Menurut Islam
(rhs)