Sejarah Tafsir di Masa Tabiin, Dari Polarisasi Acuan Tafsir Hingga… – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Sejarah Tafsir di Masa Tabiin, Dari Polarisasi Acuan Tafsir Hingga…

Published

on

[ad_1]

Sejarah Tafsir di Masa Tabiin, Dari Polarisasi Acuan Tafsir Hingga Dominasi Kisah-Kisah Israiliyyat

BagyaNews.com – Sejarah tafsir di masa tabiin sama menariknya dengan sejarah tafsir di fase-fase sebelumnya maupun sesudahnya. Tafsir di masa tabiin memiliki karakteristiknya sendiri, baik itu soal metodologi, sumber dan lain sebagainya.

Secara etimologi makna tabi’in menurut Kamus Mahmud Yunus berasal dari bahasa arab yang berarti mengiring, mengikut, menurut, dan mengusir. Secara sederhana, yang dimaksud dengan masa tabi’in adalah masa yang datang setelah masa sahabat dan  juga mereka yang mengikuti jejak para sahabat dalam hal akidah yaitu beragama Islam, oleh karena itu orang-orang yang hidup pada masa tersebut jika tidak beragama Islam maka tidak bisa disebut golongan tabi’in. Bahkan, menurut al-Khatib al-Baghdadi (sejarawan dari Baghdad yang hidup pada abad ke 4 h), seorang muslim dapat dikatakan sebagai tabi’in jika pernah bersahabat dengan sahabat Rasulullah jadi bukan sekedar pernah hidup di masa tersebut atau pernah berjumpa saja.

Kebutuhan Para Tabi’in Terhadap Tafsir

Sama halnya dengan generasi sahabat, generasi tabi’in juga tentu sangat membutuhkan tafsir, terlebih karena semakin berkembang zaman membuat kebutuhan akan tafsir akan semakin bertambah, hal ini dikarenakan problem-problem yang dialami oleh manusia pun semakin banyak yang bahkan tidak terjadi pada masa Rasulullah dan sahabat.

Maka dari itu, para tabi’in memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang besar untuk mempelajari tafsir dari para sahabat tentang apa yang mereka terima dari dari Rasulullah secara langsung dan apa yang mereka saksikan setelah sebab-sebab turunnya sebuah ayat, apa yang mereka pahami dan apa yang mereka amalkan tentang ayat-ayat Al-Qur’an.

Dalam menuntut ilmu tafsir kepada sahabat para tabi’in sangat tekun dan serius, bahkan dalam “Studi Perbandingan Aqidah dan tafsir” dijelaskan para tabi’in bahkan membawa alat tulis untuk mencatat dan menanyakan pada sahabat tentang penafsiran yang mereka butuhkan dari Surah Al-Fatihah sampai akhir. Di sini fase awal sejarah tafsir di masa tabiin terbentuk.

Sumber dan Karakteristik Penafsiran Tabi’in

Hal yang lain yang patut diamati dari sejarah tafsir di masa tabiin adalah soal sumber dan karakteristik. Yang dimaksud dengan sumber penafsiran adalah faktor atau rujukan yang dapat dijadikan acuan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Nah sumber penafsiran tabi’in ada empat: Al-Qur’an, Hadis Nabi, Atsar sahabat, Ahl kitab dan ijtihad tabi’in.

Sementara karakteristik dari tafsir tabi’in seperti yang disebutkan oleh Muhammad Amin Suma dalam “Ulumul Quran” terdapat empat karakteristik. Pertama, tafsir masih dijaga dengan sistem talaqqi dan riwayat, namun bukan talaqqi dan riwayat dengan arti komprehensif seperti yang ada pada masa Nabi, melainkan talaqqi dan riwayat yang dibatasi pada figur, seperti ulama Mekkah yang hanya menaruh perhatian pada riwayat dari Ibnu Abbas, ulama Madinah dari Ubay dan seterusnya.

Kedua, banyak perbedaan pendapat di antara tabi’in dalam penafsiran, meskipun relatif sedikit dibanding dengan perbedaan pendapat yang terjadi sesudahnya. Ketiga, di masa ini telah muncul benih-benih perbedaan mazhab. Sebagian tafsir tampak mengusung mazhab-mazhab ini di dalamnya. Keempat, banyak mengambil sumber dari kisah israilliyat. Hal ini karena banyaknya ahl kitab yang masuk islam, dan dipikiran mereka masih melekat ajaran-ajaran kitab suci mereka, khususnya hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan hukum-hukum syariat seperti berita tentang awal penciptaan, dan lain-lain. 

Terdapat empat tokoh mufassir yang paling aktif dan banyak menafsirkan Al-Qur’an di masa tabi’in yang juga disebutkan oleh Muhammad Amin Suma dalam “Ulumul Quran”. Mereka adalah murid-murid Ibnu Abbas (Mujahid, Ikrimah, Thawus bin Kisan al-Yamani, dan Atha bin Abi Rabbah), murid-murid Ubay bin Ka’ab (Zaid Ibnu Aslam, Abu ‘Aliyah, dan Muhammad Ibnu Ka’ab al-Qurzhi), dan murid-murid Abdullah bin Mas’ud (Alqamah Ibnu Qais, Masruq, al-Aswad ibnu Yazid, Murah al-Hamdani, Amir as-Sa’bi, Hasan al-Basri, dan Qatadah ibnu Di’amah as-Sudusi).

Penafsiran-penafiran dari tabi’in ini dapat ditemukan dalam kitab-kitab tafsir seperti Tafsir ath-Thabari, dan juga terdapat dalam kitab-kitab hadis. Ali Ahmad as-Salus dalam “Studi perbandingan Aqidah dan Tafsir” mengatakan bahwa Sa’id bin Jubair dan Mujahid bin Jabar sebenarnya memiliki tafsir yang telah dibukukan, namun sayangnya kitab tafsir Sa’id bin Jubair tidak sampai ketangan kita hingga sekarang sementara tafsir Mujahid telah didapatkan tulisan tangannya (manuskrip) yang kemudian disalin ke dalam tulisan yang bagus pada abad ke enam hijriyah.

Itulah ulasan singkat tentang sejarah tafsir di masa tabiin, yang menjadi pondasi bagi ilmu dan kerja tafsir al-Quran di abad-abad setelahnya.

[ad_2]

Sumber Berita harakah.id

#Sejarah #Tafsir #Masa #Tabiin #Dari #Polarisasi #Acuan #Tafsir #Hingga

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved