Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur’an
Pensyarah Kitab Dalail Khairat
Suatu hari Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah ditanya, “Siapakah orang yang paling cerdas di dunia ini?”
Nabi Muhammad Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menjawab, “Al-Akyas; orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu memikirkan kematiannya!”
Baca Juga: Mengapa Sandal Rasulullah SAW Diizinkan Menembus Sidratul Muntaha?
Ya, itulah jawaban puncak dari seorang yang dikenal paling cerdas untuk mendefinisikan batasan tingkat kecerdasan manusia.
Barometer intelegensi atau ukuran standar kecerdasan seseorang ternyata bukanlah berdasarkan nilai-nilai angka kumulatif. Bukan pula pada nilai kualitatif, melainkan pada nilai orientatif, nilai goal yang akan dicapai.
Sebab, selama kecerdasan hanya berorientasi pada urusan keduniawian yang semu ini, maka dia masih tertipu, dan orang cerdas tentu tidak akan mudah tertipu, bukan?
Orang yang cerdas tidak akan banyak membuang-buang sisa umurnya yang terus berkurang setiap harinya dengan hal-hal yang sia-sia. Benarlah ucapan Nabi: “Tanda kualitas seseorang, dia tidak akan melakukan hal-hal yang sia-sia.”
Kondisi pandemi dalam setahun terakhir sesungguhnya banyak mengajarkan kepada kita bahwa kehidupan dunia itu singkat, prestasi dan pencapaian keduniawian itu semu. Semua akan ditinggalkan dalam satu malam saja. Tak ada yang abadi.