Berikut lanjutan kisahnya disampaikan Pengasuh Yayasan Al-Hawthah Al-Jindaniyah, Al-Habib Ahmad Bin Novel Bin Salim Bin Jindan. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم diangkat ke Sidratul Muntaha sebagai tempat perhentian terakhir perjalanan agung beliau.
Baca Juga: Isra Miraj (5): Rasulullah Bertemu Nabi Adam dan Melihat Kaum yang Disiksa
Sidratul Muntaha adalah pohon yang amat besar, akarnya di langit ke enam, rantingnya sampai ke langit ke tujuh dan puncaknya hingga menembus langit ke tujuh sebagaimana tersebut dalam beberapa riwayat.
Dari akar kaki Sidratul Muntaha mengalir sungai yang airnya tidak berubah rasa, warna dan baunya. Mengalir pula darinya sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, serta mengalir pula sungai arak yang lezat untuk diminum, dan mengalir pula sungai dari madu yang murni. Orang yang berkendara akan berjalan terus tanpa henti di bawah naungan Sidratul Muntaha selama 70 tahun. Buahnya menyerupai kelapa, namun sangat besar sekali. Daunnya bagaikan telinga gajah yang sehelai daunnya hampir menutupi umat ini.
Di dalam riwayat, satu helai daunnya dapat menaungi semua makhluk dan di setiap daunnya ada Malaikat. Maka tiba-tiba dedaunannya diselimuti dengan berbagai macam warna yang indah yang tidak dapat digambarkan dan seketika itu dedaunannya berubah menjadi yaqut dan zamrud, dan sungguh tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkannya. Padanya terdapat belalang-belalang dari emas.
Pada akarnya mengalir empat sungai, dua sungai batin dan dua sungai zhohir. Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya: “Wahai Jibril, sungai-sungai apakah ini?” Jibril menjawab: “Kedua sungai batin ini adalah dua sungai di surga dan dua sungai zhahir ini adalah sungai Nil dan Alfurat.”
Rasulullah Minum dari Sungai Al-Kautsar
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa akarnya terdapat mata air yang mengalir yang bernama Salsabila. Dari mata air Salsabila ini mengalir dua sungai salah satunya yaitu Al-Kautsar. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menyaksikan Sungai Al-Kautsar yang sangat deras hingga cipratan airnya memancar deras seperti anak panah. Di tepiannya terdapat kemah-kemah terbuat dari mutiara, yaqut dan zamrud. Dan di atasnya bertengger burung-burung berwarna hijau yang sebagus-bagusnya burung yang pernah engkau lihat.
Di sekitar sungai terdapat bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak. Air sungainya mengalir di atas kerikil-kerikil yaqut dan zamrud, dan airnya lebih putih dari pada susu. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم mengambil bejana untuk meminum airnya dan ternyata airnya lebih manis dari madu dan lebih wangi dari minyak misk.
Jibril berkata kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم: “Sungai ini adalah hadiah Allah untukmu wahai Muhammad dan sungai lainnya adalah sungai rahmat.” Nabi صلى الله عليه وسلم mandi di dalamnya dan ketika itulah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang.