Ketika Adam Malik Membandingkan Strategi Politik Kiai Wahab dan Sjahrir – Bagyanews.com
Connect with us

Headline

Ketika Adam Malik Membandingkan Strategi Politik Kiai Wahab dan Sjahrir

Published

on

[ad_1]

BagyaNews.com – Strategi politik Kiai Wahab dan Sjahrir adalah dua realitas strategi politik yang pernah muncul dalam dialektika politik di Indonesia. Mana yang lebih jitu? Adam Malik punya jawabannya…

Setelah perang dunia kedua, dunia memasuki perang dingin. Percaturan geo-politik dunia semakin mamanas. Pada pertengahan tahun 1950-an, percaturan ideologi—baik ekonomi, sosial, politik dan budaya—mendorong lahirnya berbagai macam organisasi internasional untuk menguatkan kerjasama dan persahabatan negara-negara tetangga, seperti: SEATO (Southeast Asia Treaty Organitation), ASA atau Association of Southeast Asia (1961), kemudian MAPHILINDO yang terdiri dari Malaysia, Filipina dan Indonesia (1963). Namun, semua organisasi tersebut bubar yang disebabkan oleh konflik berkepanjangan yang terjadi di internal mereka sendiri.

Dari peristiwa itu, melalui insiatif lima tokoh Menteri Luar Negeri, masing-masing dari Thailand, Indonesia, Filipina, Singapura dan Malaysia, pada tanggal 8 Agustus 1967 ditandatanganilah sebuah kesepakatan bersama di Bangkok, yang kemudian disebut dengan Deklarasi Bangkok. Di kemudian, Deklarasi Bangkok merupakan landasan berdirinya Association of Southeast Asian Nation (ASEAN).

Seperti yang ditulis oleh Ichtiar Baru Van Hoeve dalam Ensiklopedia Indonesia, bahwa organisasi ini dibentuk dengan pertimbangan bahwa negara-negara yang berada di Asia Tenggara memiliki tanggung jawab untuk memperkuat stabilitas ekonomi dan sosial, menjamin adanya perdamaian dan laju pembangunan nasional serta memastikan adanya stabilitas keamaan dari campur tangan luar dengan segala bentuk maniferstasinya. Yang kemudian pada awal pembentukannya hal tersebut dimanifestasikan ke dalam 7 poin. 

Pertama mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan negara-negara Asia Tenggara. Kedua menjaga perdamaian dan stabilitas dengan menjunjung tinggi hukum dan hubungan antar negara. Ketiga meningkatkan kerja sama yang aktif dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi dan administrasi. Keempat saling memberikan bantuan dalam bidang fasilitas dan penelitian dalam bidang pendidikan, kejuaraan, teknik dan administrasi.

Kelima meningkatkan efektifitas kerjasama untuk mencapai daya guna yang lebih besar dalam bidang pertanian, industri dan perkembangan perdagangan, baik dalam komoditas nasional maupun internasional, perbaikan pengangkutan dan fasilitas komunikasi serta meningkatkan taraf hidup rakyat. Keenam meningkatkan studi tentang masalah-masalah di Asia Tenggara. Ketujuh menjalin kerjasama yang erat dan bermanfaat dengan organisasi internasional dan regional lainnya.

Adalah H. Adam Malik sebagai Menteri Luar Negeri (1966-1973) yang lahir di Pematangsinatar, Sumut, pada 22 Juli 1917, menjadi salah satu penggagas terbentuknya Deklarasi Bangkok. Beliau merupakan salah satu tokoh kharismatik yang dimiliki Indonesia pada saat itu, kedekatannya dengan para Kiai menjadikannya semakin disegani oleh berbagai kalangan. Begitu yang tertulis di dalam memoarnya.

Karirnya dimulai dari menjadi seorang wartawan yang kemudian dengan jerih payahnya ia mendirikan sebuah kantor bersama para koleganya, yakni kantor Berita Antara (1937). Pernah juga ia memimpin Partai indonesia (Partindo) di Pematangsiantar dan Medan. Puncak karirnya adalah sebagai Wakil Presiedn RI yang diangkat oleh MPR pada tahun 1978.

Maka menjadi sebuah kewajaran, apabila beliau memiliki jasa yang luar biasa bagi negara-negara di kawasan Asia atas terbentuknya organisasi ASEAN tersebut.

Kiai Wahab Chasbullah dan Sutan Sjahrir di Mata Adam Malik

Terekam di dalam memoarnya, Mengabdi Untuk Indonesia Jilid II, beliau membandingkan strategi politik Kiai Wahab dan Sjahrir. “Ditangan Kiai Wahab, NU salah satu poros kekuatan Islam yang paling disegani. Meski sering dinilai sebagai Islam tradisional, namun dalam soal kaderisasi, Kiai Wahab diakui memang jempolan.”

Terkait perbedaan strategi politik Kiai Wahab dan Sjahrir, Adam Malik juga mengungkapkan bahwa Kiai Wahab sangatlah lihai dalam komunikasi terhadap masyarakat luas. Dengan memakai media yang disukai oleh masyarakat, budayanya, seleranya serta emosi rakyat

Bahkan ketika Adam Malik membandingkan strategi politik Kiai Wahab dan Sjahrir, sangatlah kentara beliau mengagumi keuletan Kiai Wahab di tengah-tengah masyarakat. Singkatnya, “Sutan Syahrir adalah politisi muda dari kalangan intelektual, tetapi antara dia dan rakyat terbentang jarak pemisah yang dalam. Sebaliknya, walaupun Kiai Wahab adalah orang ‘dusun’, tetapi justru dengan itu beliau mampu menyatu dengan rakyat...”

Pada satu kesempatan pula, Kiai D. Zawawi Imron dari Madura bercerita kalau beliau dulu pernah diajak berfoto dengan H. Adam Malik. Foto tersebut dicetak dan diperbesar di Surabaya dan kemudian dipajang di Madura. Sehingga membuat kekaguman tersendiri dari banyak santri dan Kiai.

Tentu, kita patut mengapresiasi apa yang telah dinilaikan Adam Malik pada Kiai Abdul Wahab (Chasbullah). Penilaiannya tidak meleset sama sekali, sebab dengan cara beliau yang kharismatik dan khas, Kiai Wahab mampu menjadikan NU sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan Islam yang menggerakkan secara bersamaan antara religius-nasionalisme di Indonesia.

Dengan demikian, tidak berlebihan apabila kita katakan bahwa, kekuatan yang dimiliki oleh seorang H. Adam Malik di antaranya juga diilhami dari kekaguman beliau pada kalangan pesantren, terutama pada gerakan para Kiai-kiai NU.



[ad_2]

Sumber Berita harakah.id

#Ketika #Adam #Malik #Membandingkan #Strategi #Politik #Kiai #Wahab #dan #Sjahrir

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved