BagyaNews.com – Apakah perjalanan isra’ mi’raj nabi ke langit terjadi secara fisik atau hanya ruh? Dalam keadaan sadar terjaga atau mimpi? Begini penjelasan dalil Al-Qur’an dan hadis.
Bulan Rajab merupakan bulan Hijriyah yang dimuliakan oleh Allah Swt. Pada salah satu malam di bulan inilah Nabi Muhammad saw. di-isra-mi’raj-kan oleh Allah. Bermula dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Kemudian dinaikkan ke Sidratul Muntaha hingga ke Mustawa.
Di sanalah Nabi Muhammad menghadap Allah dan menerima secara langsung perintah shalat lima waktu dalam sehari semalam. Suatu ibadah yang mengandung nilai-nilai ruhaniah dan jasmaniah bagi umatnya, baik bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Perintah shalat lima waktu disampaikan Allah secara langsung kepada Nabi Muhammad tanpa perantara Malaikat Jibril. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya perintah tersebut. Berbeda dengan ibadah-ibadah lain, biasanya disampaikan melalui perantara Malaikat Jibril. Pentingnya perintah shalat ini dapat kita lihat dari pernyataan Rasulullah saw. dalam sebuah hadisnya yang berbunyi,
الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّيْنِ فَمَنْ أَقَامَهَا فَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنَ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنَ
“Shalat itu tiang agama. Barangsiapa yang menunaikannya, maka sungguh ia telah menegakkan agama, dan barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merobohkan agama.”
Juga dalam hadis lain beliau mengatakan:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُنْظَرُ فِيْهِ مِنْ عَمَلِ الْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ فَإِنْ وُجِدَتْ تَامَّةً قُبِلَتْ مِنْهُ وَسَائِرُ عَمَلِهِ وَإِنْ وُجِدَتْ نَاقِصَةً رُدَّتْ عَلَيْهِ وَسَائِرُ عَمَلِهِ
“Sungguh, kali pertama yang akan dilihat dari amal seorang hamba adalah pada hari kiamat adalah shalat. Bila ditemukan salatnya sempurna, maka diterimalah ia dan seluruh amalnya. Bila ditemukan salatnya kurang, maka ditolaklah ia dan seluruh amalnya.”
Peristiwa isra’ mi’raj ini terjadi tepatnya pada malam 27 Rajab, sebelas tahun setelah Muhammad saw. diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Kurang lebih satu tahun sebelum hijrah ke Madinah.
Selain perintah shalat, banyak kisah dan peristiwa menarik yang dialami Nabi selama perjalanan isra’ mi’raj tersebut. Di antaranya perjumpaan beliau dengan para nabi terdahulu.
Baca Juga: Umat Nabi Muhammad yang Panen Pahala Setiap Saat
Namun yang tak jarang memicu diskusi dan perdebatan hingga sekarang ialah pertanyaan terkait apakah perjalanan atau isra’ mi’raj Nabi ke langit terjadi dalam keadaan terjaga atau dalam mimpi? Benar-benar diperjalankan secara fisik atau hanya ruhnya saja?
Jawaban yang benar atas pendapat ini, menurut Al-Qusyairi dalam Kitab Al-Mi’raj, adalah bahwa mi’raj-nya Nabi ke langit adalah sebuah perjalanan fisik. Beliau diperjalankan dari Mekah ke Baitul Maqdis dengan jasadnya. Hal ini didasarkan dari makna lahir firman Allah Swt., subhanalladzi asraa bi’abdihi… [QS. Al-Isra’: 10].
Makna lahir dari lafadz “usriya bihi” adalah makna hakiki, diperjalankan. Andaikan dimaknai dengan “mimpi” maka ia meninggalkan makna lahirnya yang mana tidak ada dalil yang menunjukkan untuk memindah makna lafal “usriya bihi” dari makna lahir ke makna batin.
Di sisi lain, ayat-ayat lain tentang isra’-nya Nabi menunjukkan bahwa perjalanan Nabi ke langit ketujuh adalah perjalanan fisik. Mi’raj sebagai sebuah perjalanan fisik di sini juga dikuatkan dengan ayat-ayat lain. Misalnya “linuriyahu min ayatina” [QS. Al-Isra’: 1]. Penggunaan lafadz “linuriyahu” dalam tata bahasa Arab menunjukkan makna dalam keadaan sadar atau terjaga. Bukan dalam mimpi.
Baca Juga: Hukum Merayakan Isra, Mi’raj Menurut Para Ulama Terpercaya
Lalu bagaimana dengan hadis-hadis Nabi tentang mi’raj-nya beliau yang menggunakan redaksi “ru’yan”?
Imam Al-Qusyairi menjawab bahwa hadis tersebut dimaknai sebagai sebuah gambaran awal kedatangan malaikat Jibril saat menemui Nabi yang sedang dalam keadaan tertidur yang kemudian Nabi terbangun.
Perbedaan Pendapat tentang Kapan Waktu Terjadinya Isra-Mi’raj?
Imam Al-Qusyairi menjawab, terdapat perbedaan pendapat mengenai kapan Nabi diperjalankan ke langit ketujuh. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa mi’raj-nya Nabi terjadi enam bulan sebelum beliau hijrah ke Madinah.
Dalam riwayat Musa bin ‘Uqbah disebutkan satu tahun sebelum hijrah. Mayoritas riwayat sahih menyebutkan bahwa mi’raj-nya Nabi terjadi sebelum beliau menerima wahyu.
Baca Juga: Empat Tradisi Muslim Indonesia di Bulan Rajab, Cerminan Nilai Islam