Fakhitah binti Abi Thalib, Saksi Sejarah Perjalanan Isra Mi’raj Nabi SAW – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Fakhitah binti Abi Thalib, Saksi Sejarah Perjalanan Isra Mi’raj Nabi SAW

Published

on

[ad_1]

loading…

Fakhitah binti Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim adalah sepupu Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Namanya memang tidak sepopuler para muslimah di masa awal Islam. Ia dikenal sebagai Ummu Hani, dan memiliki kedudukan sendiri di mata Rasulullah.

Ummu Hani’ adalah sosok penting dalam sejarah Islam. Dari rumahnya, di bawah atap yang menjadi langit keluarganya, sebuah kemukjizatan pernah terjadi. Kediamannya yang penuh berkah menjadi saksi peristiwa Isra Mi’raj.

Baca juga: Sebelum Diturunkan ke Bumi, Dimanakah Surga yang Ditinggali Nabi Adam dan Hawa?

Kala itu, ketika Ummul Mukminin Khadijah wafat, Rasulullah merasa begitu sedih. Dalam keadaan itu, beliau sering menemukan penghiburan di rumah Umm Hani’. Keluarganya mendukung dan menghiburnya saat beliau sedang berkabut duka.

Begitu pula ketika Nabi Muhammad SAW datang ke rumah Umm Hani’, melakukan sholat malam lalu tidur di sana. Malam itu, rumah Ummu Hani’ dikunjungi malaikat paling mulia , Jibril ‘alaihissalam, untuk menjemput Nabi Muhammad SAW. Dari sanalah peristiwa Isra Mi’raj bermula. Perjalanan satu malam menuju Yerusalem dan Sidratul Muntaha dimulai. Saat fajar tiba, Nabi pun kembali ke tempat yang sama. Kemudian Nabi SAW mengabarkan Ummu Hani’ tentang perjalanannya. Ia pun mengimani sabdanya.

Baca juga: Inilah Doa Harian yang Sering Terlupa Diamalkan

Periwayat Hadis

Dalam kitab hadis Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Riyadhush Shalihin, beberapa kali terlintas nama Fakhitah atau Ummu Hani’. Ia juga sebagai periwayat hadis Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Ibunya adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf. .

Diriwayatkan, sebelum masa kerasulan, Rasulullah pernah melamar Fakhitah. Namun Abu Thalib menolak tawaran itu. Dan menerima pinangan Hubayra bin Abi Wahb. Karena bani Makhzum, klan Hubayra, pernah menikahkan putri mereka dengan salah seorang dari kabilah Abu Thalib. Sehingga untuk menjaga hubungan baik, kabilah Abu Thalib membalas perlakuan itu. Nilai inilah yang berlaku dalam tradisi Arab kala itu.

[ad_2]

Berita Selengkapnya

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved