Cerita Para Sahabat Tentang Keutamaan Orang Sabar – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Cerita Para Sahabat Tentang Keutamaan Orang Sabar

Published

on

[ad_1]

loading…

Sabar (Al-Hilmu) adalah pengumpul segala kebaikan. Inilah satu-satunya amalan yang pahalanya tidak terbatas. Salah satu sifat Para Nabi dan Sahabat adalah kesabaran.

Pengasuh Al-Hawthah Al-Jindaniyah Al-Habib Ahmad Bin Novel Bin Salim Jindan mengungkapkan beberapa cerita dan kalam para Sahabat Nabi tentang keistimewaan sabar. Sayidina Ali karamallahu wajhah juga mengatakan: “Ganjaran pertama yang diberikan kepada orang sabar atas kesabarannya adalah semua orang menjadi penolongnya atas (perilaku) orang-orang bodoh.”

Baca Juga: Mengapa Sabar itu Pahalanya Berlipat Ganda?

Sebagian orang mengatakan: “Aku pernah mencaci seseorang dari Basrah. Tetapi orang itu justru berbuat baik kepadaku, lalu menjadikanku pembantunya selama beberapa waktu.”

Arabah bin Aus pernah ditanya, “Bagaimana engkau memimpin kaummu?” Arabah menjawab: “Aku berlaku sabar kepada orang yang bodoh, berlaku dermawan kepada orang yang meminta, dan berusaha memenuhi semua kebutuhan mereka. Siapa yang berlaku sepertiku, ia sepadan denganku. Siapa yang berbuat lebih baik, ia lebih utama daripada aku. Dan siapa yang berbuat lebih buruk, berarti aku lebih baik daripada dia.”

Pernah ada seseorang mencaci Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu. Ketika orang itu sudah selesai mencaci, Ibnu Abbas berkata (kepada pembantunya): “Wahai Ikrimah, apakah orang itu (yang mencaci) mempunyai suatu keperluan, lalu kita bisa membantunya?”. Orang itu langsung menundukkan kepala menanggung malu.

Ali bin Husain bin Ali pun pernah dicaci orang. Ali bin Husain lantas memberikan kepadanya baju hitam yang dipakainya kepada orang itu dan ia memerintahkan agar orang itu diberi uang sebesar seribu dirham.

Sebagian orang mengatakan: “Beliau (Ali bin Husain) telah mengumpulkan pada dirinya lima hal. Lima hal itu adalah bersabar, tidak mengganggu orang, menyelamatkan orang itu dari hal-hal yang menjauhkannya dari Allah, mengantarkannya untuk menyesal dan bertobat, menyebabkan orang itu memujinya setelah mencaci dirinya. Semua itu ia beli dengan sedikit dunia.”

Seseorang pernah mengadu kepada Ja’far bin Muhammad. “Aku mempunyai perselisihan dengan suatu kaum. Aku sebenarnya ingin meninggalkan perselisihan itu, tetapi aku khawatir dikatakan bahwa tindakanku adalah suatu kehinaan.” Ja’far lalu mengatakan. “Sesungguhnya orang yang hina adalah orang yang zalim.”

[ad_2]

Berita Selengkapnya

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved