Itu sebabnya, umat Islam diperintah agar menaruh cinta dan hormat kepada Rasulullah dan ahlul baitnya (keluarga dan orang rumah belia). Pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan Habib Quraisy Baharun menceritakan kecintaan sahabat kepada ahlul bait.
Baca Juga: Kenapa Berlebihan Mencintai Rasulullah, Ternyata Ini Alasannya!
Dalam perjalanan dakwah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak saja berhasil menyatukan kaum Muhajirin dan Anshor dalam satu hati, langkah, dan pandangan dengan penuh cinta. Persaudaraan antara dua kelompok ini tertulis dalam tinta sejarah sebagai bentuk ideal kesatuan masyarakat yang berperadaban.
Di sisi lain, Rasulullah juga menebar ajaran cinta dan kasih sayang sehingga dengan perjuangan dakwah ini, beliau tidak berharap apapun selain kecintaan dan kasih sayang kepada keluarga dan keturunannya. Hal ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَىٰ
“Katakanlah: ‘Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan’.” (QS Asy-Syura: 23)
Al-Imam Al-Baghawi dalam tafsirnya menukil pendapat sahabat Abdullah bin Abbas terkait ayat tersebut. Dalam pandangannya makna dari illal mawaddata fil qurba adalah menjaga kerabat Rasulullah, menyayangi, dan menyambungnya. (Ma’alim Al-Tanzil, [Darul Ma’rifah Beirut] hlm: 4/124)
Bahkan secara tegas Rasulullah pernah berwasiat: