Al-Muththalib adalah saudara Hasyim yang merupakan ayah dari Abdul Muthalib , kakek Rasulullah SAW . Jadi, Imam Syafii bertemu nasabnya dengan Rasulullah pada Abdi Manaf bin Qushay, kakek Rasulullah yang ketiga.
Sebutan “asy-Syafi’i” dinisbatkan kepada kakeknya yang bernama Syafi’ bin as-Saib, seorang sahabat junior yang sempat bertemu dengan Raasulullah SAW ketika masih muda.
Baca juga: Imam Syafii, Syair Zuhud dan Syair Akhlak Karyanya
Sedangkan as-Saib adalah seorang yang mirip dengan Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan bahwa ketika suatu hari Nabi SAW berada di sebuah tempat yang bernama Fushthath, datanglah as-Saib bin ‘’Ubaid beserta puteranya, yaitu Syafi’ bin as-Saib, maka Rasulullah SAW memandangnya dan berkata, “Adalah suatu kebahagiaan bila seseorang mirip dengan ayahnya.”
Sementara ibu Imam Syafii berasal dari suku Azd, Yaman.
Imam Syafii digelari sebagai Naashir al-Hadits (pembela hadits) atau Nasshir as-Sunnah. Gelar ini diberikan karena pembelaannya terhadap hadits Rasulullah SAW dan komitmennya untuk mengikuti as-Sunnah.
Para sejarawan sepakat, Imam Syafii lahir pada tahun 150 H, yang merupakan -menurut pendapat yang kuat- tahun wafatnya Imam Abu Hanifah tetapi mengenai tanggalnya, para ulama tidak ada yang memastikannya.
Ada banyak riwayat tentang tempat kelahiran Imam Syafi’i. Yang paling populer adalah bahwa beliau dilahirkan di Kota Ghazzah (Ghaza). Pendapat lain mengatakan, di kota ‘Asqalan bahkan ada yang mengatakan di Yaman.
Imam al-Baihaqi mengkonfirmasikan semua riwayat-riwayat tersebut dengan mengatakan bahwa yang shahih beliau dilahirkan di Ghaza bukan di Yaman. Sedangkan penyebutan ‘Yaman’ barangkali maksudnya adalah tempat yang dihuni oleh sebagian keturunan Yaman di Kota Ghaza.