Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah Dinasti Umayyah yang kedelapan. Ia didaulat menjadi khalifah pada bulan Safar 99 H, di Dabiq, salah satu tempat di Suriah. Derajat keadilan dan kebijaksanaan Umar bin Abdul Aziz selama memimpin dianggap menyamai para Khulafah Rasyidin. Itu sebabnya dia kerap dianggap sebagai Khulafah Rasyidin kelima.Umar bin Abdul Aziz dibaiat sebagai pengganti Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik berdasarkan surat wasiat pendahulunya itu. Ketika mendengar namanya yang muncul dalam surat wasiat itu, Umar bin Abdul Aziz langsung menangis dan terpaku di tempat duduknya, sambil mengucapkan “innalillahi…”.
Baca juga: Kisah Khalifah Sulaiman Menunjuk Umar bin Abdul Aziz sebagai Penggantinya
Dalam buku The History of al-Tabari disebutkan ketika mengetahui bahwa sejak lama Umar memang menolak jabatan tersebut, Raja’ bin Haywah yang membacakan wasiat Khalifah Sulaiman bergegas mendatangi Umar dan menggangkat tangannya untuk dibai’at, kemudian Raja’ menarik paksa Umar ke atas mimbar.
Surat wasiat Sulaiman demikian mengikat. Yang menolaknya berarti mati. Hisham bin Abdul Malik – ketika mendengar nama Umar yang muncul – berkata, bahwa ia tidak akan mematuhi Umar sebagai khalifah.
Mendengar ini, Raja’ langsung menjawab, “kalau begitu, aku akan memenggal lehermu!”. Dan Hisham langsung terdiam. Ketika berada di atas mimbar, Umar meminta Hisham sebagai orang yang pertama kali membai’atnya, dan Hisham pun datang membai’atnya, kemudian diikuti oleh seluruh yang hadir.
Cicit Umar bin Khattab
Nama lengkapnya adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan Bin Hakam bin Abul Ash bin Umayyah. Ibunya adalah cicit dari Umar bin Khattab . Kisah tentang nasab Umar bin Abdul Aziz dari pihak ibunya sangat terkenal di kalangan kaum Muslimin.
Alkisah, pada suatu malam, Umar bin Khattab sedang melakukan inspeksi di sekitar wilayah kekuasaannya. Kemudian di sebuah rumah seorang penjual susu yang miskin ia mendengar sebuah dialog antara ibu dan anak perempuannya. Kata sang ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari”.
Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini”.
Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.