Tiga Kontroversi di Bulan Rajab – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Tiga Kontroversi di Bulan Rajab

Published

on

Tiga Kontroversi di Bulan Rajab


BagyaNews.comBerikut ini naskah Khutbah Jum’at bulan Rajab 1443 H./2022 M. Berisi tentang tiga persoalan kontroversi di bulan Rajab dan cara ideal menyikapinya. Toleransi dalam perbedaan. Itulah kata kuncinya.

Berikut ini naskah Khutbah Jum’at Rajab 1443 H./2022 M. Berisi tentang tiga persoalan kontroversi di bulan Rajab dan cara ideal menyikapinya. Toleransi dalam perbedaan. Itulah kata kuncinya. Semoga khutbah jum’at rajab ini bermanfaat bagi kita semua.

الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزَّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضَ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَاللَّيَالِيَ بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يَعْظُمُ فِيْهَا الأَجْرُ وَالْحَسَنَاتُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيَّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادْ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ هُدَاةِ الْأَنَامِ فِي أَنْحَاءِ الْبِلَادْ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أَوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله تَعَالى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ

فَقَدْ قَالَ تَعَالى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102) وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103) وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104) } [آل عمران: 102 – 105]

Hadhirin, jamaah shalat jumat yang dirahmati oleh Allah

Tak terasa kita sudah memasuki bulan Rajab lagi. Di tengah suasana pandemi yang memporak-pondakan berbagai sektor kehidupan kita. Dari ekonomi, kesehatan, pendidikan hingga lain sebagainya. Alhamdulillah. Allah Ta’ala masih memberi kita panjang umur dan kesempatan bertemu kembali dengan bulan yang mulai, yaitu bulan Rajab.

Imam Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari dalam kitab Shahih Al-Bukhari meriwayatakan;

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو القَعْدَةِ، وَذُو الحِجَّةِ، وَالمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ، مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى، وَشَعْبَانَ

Dari Abu Bakrah, dari Nabi SAW yang bersabda, “Sungguh, waktu itu terus berputar sebagaimana hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri dari 12 bulan. Di antaranya, ada 4 bulan mulia. Tiga yang berturut-turut adalah Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan Muharram. Dan bulan Rajabnya suku Mudhar yang berada di antara bulan Jumadal Akhir dan Syakban.” (HR. Al-Bukhari).

Hadis ini menunjukkan bahwa bulan Rajab adalah salah satu asyhurul hurum atau bulan-bulan yang mulia. Berdasar hadis ini, para ulama menganjurkan agar kita memperbanyak amal ibadah sunnah. Baik itu puasa sunnah, berdoa, atau lainnya. Karena itu, khatib mengingatkan diri khatib dan jamaah sekalian, mari kita perbanyak ibadah di bulan yang mulia ini. Semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati oleh Allah

Kedatangan bulan Rajab, selain disambut oleh mayoritas umat Islam dengan berbagai ritual keagamaan dan adat-adat islami, ada juga yang meresponnya dengan memberikan nasihat dan himbauan agar umat Islam menjauhi beberapa amalan yang menurutnya tidak berdasarkan dalil yang kuat. Bahkan, ada yang dianggap sampai pada level bid’ah yang terlarang dalam agama. Respon semacam ini belakangan menyebar luas melalui media sosial. Dampaknya, adalah timbulnya perselisihan di kalangan sesama umat Islam. Kaum awam, yang biasanya hanya ikut-ikutan mengamalkan amalan Rajab kemudian bingung. Terkadang, mereka turut serta dalam perdebatan atau perselisihan. Sayangnya, keterlibatan kaum awam dalam hal ini, justru kontra-produktif. Tidak memperkaya perspektif dan kekayaan pemahaman dan ilmu agama, justru menambah permusuhan dan kebencian di antara sesama.

Setidaknya, ada 3 masalah yang menjadi pusat perdebatan umat Islam dalam bulan Rajab. Pertama, persoalan doa menyambut kedatangan bulan Rajab. Doa yang terkenal dalam hal ini adalah: allahumma barik lana fi rajaba wa sya’bana wa ballighna Ramadhan (ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Syakban, dan panjangkan umur kami hingga bisa bertemu Ramadhan). Redaksi doa ini berasal dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Baihaqi. Para dai, khatib, dan asatidz sangat akrab dengan doa ini.

Belakangan muncul semacam koreksi yang menyatakan bahwa doa tersebut berasal dari hadis berkualitas daif. Menurut kelompok korektor ini, hadis daif tidak boleh diamalkan. Hanya hadis sahih saja yang boleh diamalkan. Koreksi ini mendapat respon balik dari kelompok masyarakat Muslim yang lain. Menurut kelompok ini, hadis daif masih boleh diamalkan dalam masalah fadhailul a’mal atau amaliah Sunnah. Hadis tentang doa menyambut bulan Rajab adalah bagian dari hadis yang boleh diamalkan ini.

Kedua, puasa Sunnah di bulan Rajab. Masyarakat kita pada mulanya memahami bahwa Rajab adalah salah satu bulan yang mana kita dianjurkan berpuasa Sunnah. Belakangan, ada yang mewacanakan bahwa puasa sunnah pada bulan Rajab adalah perkara yang tidak punya dalil yang kuat. Karena itu, menurut mereka, tidak ada anjuran berpuasa Sunnah Rajab.

Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah

Lalu muncul kelompok yang merespon dengan mengatakan bahwa puasa Rajab adalah puasa yang dikenal para ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah, khususnya mazhab Syafi’i. Pendapat ini masyhur. Dasarnya adalah hadis sahih terkait anjuran puasa pada empat bulan yang mulia dalam Islam atau al-asyhur al-hurum al-arba’ah. Imam Muslim bin Hajjaj al-Naisaburi dalam kitab Shahih Muslim-nya meriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda,

أَفْضَل الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوبَةِ الصَّلاَةُ فِي جَوْفِ اللَّيْل، وَأَفْضَل الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ الْمُحَرَّمِ

Shalat paling utama setelah shalat maktubah adalah shalat sunnah pada tengah malam. Puasa paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yang dimuliakan. (HR. Muslim).

Hadis ini menyebut bahwa puasa pada syahrullah al-muharram atau bulan Allah yang mulia tergolong ibadah puasa yang paling dianjurkan. Bulan Allah yang mulia sendiri ada empat sebagaimana disebutkan dalam riwayat Imam Al-Bukhari. Para ulama kemudian menyimpulkan bahwa puasa sunnah Rajab adalah perkara yang dianjurkan dalam agama.

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati oleh Allah

Ketiga, peringatan isra’ dan mi’raj. Kemuliaan bulan Rajab salah satunya adalah karena di dalammya turun perintah menjalankan ibadah shalat 5 waktu. Nabi Muhammad SAW mendapatkan perintah itu pada malam isra’ dan mi’raj. Pendapat yang masyhur, peristiwa isra’-mi’raj terjadi pada bulan Rajab. Untuk memperingati peristiwa sangat penting tersebut, masyarakat kemudian mengadakan sejumlah kegiatan peringatan isra’-mi’raj atau Rajabiyyah. Kegiatan peringatan dilakukan dari tahun ke tahun sehingga menjadi tradisi yang populer di banyak tempat di Indonesia.

Belakangan muncul pendapat yang ingin mengoreksi bahwa peringatan isra’-mi’raj bukan ajaran agama. Bahkan, ia bertentangan dengan ajaran agama. Dasar pemikiran pendapat ini; Nabi SAW dan para sahabat tidak pernah mengadakan kegiatan peringatan isra’-mi’raj seperti yang dikenal sekarang. Nabi SAW melarang umatnya membuat kegiatan keagamaan yang tidak beliau ajarkan. Kesimpulan mereka kemudian, kegiatan rajabiyah adalah amalan yang bertentangan dengan agama.

Seperti dua kasus sebelumnya, muncul kelompok lain yang melakukan pembelaan terhadap kebiasaan di masyarakat. Bahwa memperingati peristiwa penting yang terjadi di masa lalu adalah perbuatan yang diajarkan oleh Al-Quran.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (5) } [إبراهيم: 5]

Dan kami utus Musa membawa tanda-tanda kekuasaan kami. Keluarkan kaummu dari kegelapan menuju cahaya. Dan ingatkan mereka akan hari-hari Allah. Sungguh, dalam hal itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan kami bagi setiap orang yang sabar dan bersyukur (Qs. Ibrahim: 5).

Maksud “hari-hari Allah” dalam ayat ini adalah peristiwa-peristiwa besar. Dimana dalam sebuah peristiwa besar, AllahSWT mengaruniakan nikmat-nikmat-Nya. Berdasarkan ayat ini, kita dianjurkan untuk memperingati hari-hari dimana pada hari tersebut terjadi peristiwa besar dan penting. Adakah peristiwa yang lebih penting dibanding peristiwa turunnya perintah shalat lima waktu? Demikian menurut para pembela kegiatan peringatan hari-hari besar Islam.

Terlepas dari kontroversi ketiga masalah di atas, kita hendaknya berhati-hati. Jangan sampai perbedaan pendapat dalam masalah agama semakin meruncing dan menimbulkan permusuhan di antara sesama. Allah SWT berfirman,

{) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102) وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103) وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104) } [آل عمران: 102 – 105]

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwa lah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Dan jangan meninggal dunia kecuali kalian dalam keadaan berserah diri kepada Allah. Berpeganglah kepada tali Allah seluruhnya dan jangan bercerai-berai. Ingatlah nikmat-nikmat Allah atas kalian; ketika kalian saling bermusuhan, Allah melembutkan hati kalian. Dengan nikmat-Nya, jadilah kalian bersaudara. Kalian sudah berada di pinggir jurang, lalu Allah menyelamatkan kalian. Begitulah Allah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kalian mendapat petunjuk. Hendaknya, ada di antara kalian, sekelompok orang yang menyeru kepada kebaikan, memerintahkan yang baik, dan mencegah yang munkar. Mereka lah orang-orang yang beruntung (Qs. Alu Imran: 102-105).

Ayat ini menegaskan bahwa kita perlu melembutkan hati untuk menyikapi perbedaan. Persaudaraan adalah karunia Allah yang agung dan harus kita wujudkan. Kebencian, permusuhan dan perpecahan adalah jurang kehancuran masyarakat. Karenanya, hendaknya mewaspadai upaya-upaya pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang mendorong kita terjerumus dalam permusuhan dan perpecahan.

Agar hati kita lembut menghadapi perbedaan pendapat, kita perlu mengedepankan aspek tasamuh atau toleransi. Toleransi adalah prinsip ajaran agama Islam.

Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah

Terkait dengan prinsip toleransi sesama Muslim ini, Rasulullah SAW pernah berpesan;

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: ” الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ “

Dari Ibnu Abbas yang berkata, “Rasulullah SAW pernah ditanya, agama manakah yang paling dicintai oleh Allah? Rasulullah SAW menjawab, ‘al-hanifiyyah al-samhah, yang condong pada kebenaran lagi toleran’. (HR. Ahmad).

Dalam riwayat lain, dikatakan, al-hanifiniyyah al-samhah berarti al-islam al-wasi’, yaitu Islam yang luas lagi mudah ajarannya. Hadis ini menunjukkan bahwa perbedaan pendapat di kalangan umat Islam terkait ajaran agama jangan sampai membuat saling bermusuhan. Ajaran Islam itu luas. Dalam arti, pemahaman umatnya terhadap ajaran agamanya bisa berbeda-beda. Tiga masalah yang ramai dibicarakan pada bulan Rajab tadi adalah contohnya. Kita harus berlapang dada dalam perbedaan. Toleransi terhadap sesama umat Islam. Jangan saling menganggu sehingga menimbulkan permusuhan.

Semoga kita senantiasa dinaugerahi jiwa yang besar, berlapang dada terhadap perbedaan pendapat, dan senantiasa diberi taufiq menjalankan ketakwaan dan mewujudkan kebersamaan sesama saudara satu agama. Semoga datangnya bulan Rajab mengingatkan kita akan segera datangnya bulan Ramadhan. Semoga kita mendapatkan keutamaan bulan Rajab, bulan Allah yang mulia ini.

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُوْمُوْا للهِ قَانِتِيْنَ بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْءَانِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِياَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَيَاتِ وَالذَّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، 

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.



Sumber Berita harakah.id

#Tiga #Kontroversi #Bulan #Rajab

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved