Memilih teman yang shaleh adalah wajib, selektif dalam memilih teman juga merupakan prinsip utama dalam Islam. Karena teman itu layaknya cermin, jika ingin mengetahui dirinya sendiri, maka lihatlah dengan siapa kita berteman. Jika temannya suka dunia malam, dunia gemerlap, dan jauh dari agama, maka dipastikan seorang muslim juga terjebak di kehidupan seperti itu. Sebaliknya, jika temannya adalah suka menuntut ilmu agama, suka kajian Islam, maka Insya Allah, kita akan dekat dengan agama. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المؤمن مر آه (اخيه)المؤمن
“Seorang mukmin merupakan cerminan saudaranya yang mukmin.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud dalam Ash-Shahihah)
Baca juga: Ini Petunjuk Rasulullah Memilih Teman agar Selamat Dunia Akhirat
Sejarah pun menunjukkan bahwa para ulama terdahulu (as-salafush shalih ) benar-benar memerhatikan prinsip ini. Karena sosok teman sangat berpengaruh bagi kehidupan seseorang baik di dunia maupun di akhirat . Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المرء على دين خليله فلينظر احدكم من يخالل
“Seseorang itu berada pada agama teman karibnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapakah yang dia jadikan teman karibnya.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ahmad)
Di dalam Shahih Al-Bukhari , disebutkan bahwa Alqamah rahimahullah seorang tabi’in yang mulia berkisah, bahwa ketika dia masuk ke Negeri Syam, maka dia (langsung menuju masjid dan) salat dua rakaat. Kemudian dia memanjatkan sebuah doa: ‘Ya Allah, berilah aku kemudahan untuk mendapatkan teman yang baik (di negeri ini)’.
Usai berdoa dia mendatangi sekelompok orang yang sedang duduk-duduk dan turut bergabung bersama mereka. Lalu datanglah seorang syaikh dan duduk di sebelahku. Dia bertanya kepada mereka, ‘Siapakah orang ini?’ Mereka menjawab: ‘Beliau adalah Abu Darda’ (seorang sahabat Nabi Shalallahu alaihi wa sallam). Maka tabi’in itu mengatakan kepada beliau Abu Darda’, “Aku telah berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar diberi kemudahan untuk mendapatkan teman yang baik (di negeri ini). Sungguh Allah Subhanahu wa ta’ala telah memudahkanku untuk bertemu denganmu.”
Lalu Abu Darda’ berkata, “Dari manakah engkau?”. Maka dia mengatakan: “Aku dari negeri Kufah.”
Menukil pernyataan Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah, beliau mengatakan, “Memerhatikan atau memilih teman merupakan kewajiban setiap insan muslim. Jika mereka itu orang-orang yang buruk, maka hendaknya dijauhi, karena (penyakit) mereka itu lebih kuat penularannya daripada kusta. Atau jika mereka itu teman-teman yang baik, yang senantiasa memerintahkan kepada kebaikan, mencegah (anda) dari kemungkaran dan membimbing kepada pintu-pintu kebaikan, bergaullah (dengan mereka).”
Pernyataan Syaikh Utsaimin menegaskan bahwa umat Islam harus selektif memilih teman dan itu harus diupayakan sejak dini. Sebab pergaulan di masa muda sangat menentukan kelanjutan hidup pada fase-fase berikutnya.