Suatu malam, didampingi oleh pelayannya yang bernama Aslam, Khalifah Umar bin Khattab pergi ke sebuah tempat di pinggiran Madinah, bernama Sirar ini Umar melihat api menyala. “Hai Aslam, aku melihat para musafir tidak dapat melanjutkan perjalanan karena hari sudah malam dan udara dingin. Mari kita temui orang-orang it,” kata Umar.
Baca Juga: Tausiyah Aa Gym tentang Kisah Pemuda dan Bungkusan Misterius
Setibanya di tempat yang dituju, keduanya menemui mereka. Umar kemudian mengucap salam, “Assalamu ‘alaikum wahai pemilik cahaya.” Umar tidak menggunakan kata-kata “Wahai pemilik api”. Shahubun-Nar, secara bahasa adalah pemilik api. Tapi dia pun bermakna “pemilik neraka”.
Seorang wanita dengan beberapa orang anak kecil yang tengah menangis kemudian menjawab, “Wa ‘alaikumussalam.” “Bolehkah aku mendekat?” tanya Umar.
“Silakan jika engkau bermaksud baik,” jawab si wanita. “Apa yang terjadi?” tanya Umar.
“Kami tidak dapat melanjutkan perjalanan karena sudah larut malam dan udara sangat dingin,” jawabnya kembali.
“Mengapa anak-anak itu menangis?” “Lapar”, jawab wanita dengan nada sedih.
Sambil menunjuk ke arah kuali yang diletakkan di atas api, Umar bertanya lagi, “Kalau kuali itu apa isinya?”