Maksiat dimaknai sebagai lawan dari taat. Seorang yang bermaksiat berarti ia sedang keluar dari ketaatan kepada Allah SWT.
Perbuatan maksiat dapat berupa meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Allah maupun berupa menerobos segala apa yang dilarang oleh-Nya.
Dalam Al-Qur`an, banyak ditemui ayat-ayat yang berisi tentang ancaman kepada orang-orang yang bermaksiat. Misalnya, dalam Q.s. An-Nisa [4] ayat 14. Allah Berfirman:
وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَتَعَدَّ حُدُوْدَهٗ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيْهَاۖ وَلَهٗ عَذَابٌ مُّهِيْن
Siapa saja yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya serta melanggar batas-batas ketentuan-Nya, niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam api neraka. (Dia) kekal di dalamnya. Baginya azab yang menghinakan. (Terjemah Kemenag, 2019)
Ayat sebelumnya berisi penjelasan tentang kabar gembira bagi mereka yang menaati batas-batas ketentuan Allah, yakni berupa kekal di surga. Berbanding terbalik dengan mereka yang menerobos batas-batas tersebut, yakni berupa kekal di neraka sebagaimana bunyi ayat di atas.
Setiap muslim tentu berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan ketaatan kepada Allah dan tidak bermaksiat kepada-Nya. Namun, terkadang hal tersebut menjadi tidak mudah bagi sebagian orang, entah karena faktor dari dalam dirinya sendiri ataupun faktor dari luar, khususnya lingkungan di sekitarnya.
Pesatnya perkembangan teknologi pun dapat berperan dalam usaha tersebut. Di satu sisi, teknologi dapat memudahkan seseorang dalam meningkatkan kualitas ketaatannya. Sebagai contoh, aplikasi pengingat waktu shalat, Al-Qur`an digital, dan sejenisnya, merupakan dampak positif dari teknologi.
Namun, di sisi lain, teknologi juga dapat membawa dampak negatif, yang jika seseorang tidak bijak menggunakannya, maka ia dapat terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan. Sehingga, dalam konteks ini, teknologi dapat menjadi penghalang seseorang untuk menjalankan ketaatannya.
Selain berusaha, tentu kita harus mengiringinya dengan berdoa, dalam rangka memohon pertolongan kepada Allah agar senantiasa dihindarkan dari perbuatan-perbuatan maksiat. Dalam kitab al-Risalah al-Qusyairiyah (h. 392) terdapat sebuah doa yang diamalkan oleh Ibrahim bin Adham (w. 161 H) dalam rangka memohon perlindungan dari perbuatan maksiat.
الَّلهُمَّ انْقُلْ نِيْ مِنْ ذُلِّ مَعْصِيَتِكَ إَلَى اْلعِزِّ طَاعَتِكَ
Ya Allah, singkirkan diriku dari kehinaan maksiat kepada kemuliaan taat.
Tentu bukan hal sulit untuk mengamalkan doa yang singkat tersebut. Semoga dengan terus berusaha dan berdoa, kita senantiasa dijauhkan dari segala bentuk kemaksiatan. Wallahu A’lam.