Baca juga: Doa Puasa Asyura Beserta Latin dan Artinya
“Maka kesetimbangan harus kita lakukan, memberikan porsi yang tepat, menggunakan standar yang digunakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam memberikan pahala dan dosa bagi hamba-hambaNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan balasan satu kebaikan 10 kali lipat dan memberi ganjaran atas sebuah dosa hanya satu. Artinya hadiah harus lebih banyak kita berikan sebagai bentuk apresiasi kepada anak ketimbang hukuman,”ungkap Ustadz Abu Ihsan Al Atsyari dalam salah satu kajiannya di kanal muslim Rodjatv, baru-baru ini.
Menurutnya, tidak semua kesalahan harus ditimpali dengan hukuman, tapi hendaknya setiap kebaikan harus mendapatkan apresiasi. Inilah kesetimbangannya.
Baca juga: Jadikan Surga sebagai Cita-cita dan Tujuan Pernikahan
Berikut uraian ceramah dai yang rutin mengisi kajian parenting anak muslim ini:
Ketika berbicara hadiah, mungkin yang terbetik dalam benak kita adalah hadiah materi. Ini sebenarnya keliru. Karena ternyata hadiah nonmateri adalah hadiah yang terbaik, bahkan lebih baik daripada hadiah-hadiah yang bersifat materi.
Ketika kita katakan bahwa setiap kebaikan harus diberi balasan, bukan berarti harus diberi balasan materi. Tapi balasan itu harus ada, walaupun itu hadiah yang bersifat nonmateri. Dan pemberian hadiah yang nonmateri ini kadang-kadang lebih berkesan, lebih membekas dan lebih dikenang daripada hadiah-hadiah materi.
Baca juga: Shalawat Munjiyat, Shalawat yang Mempermudah Terkabulnya Doa
Ditambah lagi pemberian hadiah berupa materi (barang/uang) berpotensi pada ketergantungan anak terhadap hadiah tersebut. Sehingga hasilnya seorang anak enggan berbuat kebaikan sebelum menerima hadiah. Maka ketika kita memberikan hadiah kepada anak, jangan melulu materi. Tapi ada hadiah-hadiah nonmateri yang selalu kita berikan kepadanya.