Baca juga: Ali bin Abi Thalib Khawatir Tak Dapat Berjumpa Rasulullah di Hari Kiamat
Buku Sejarah Hidup Imam Ali ra karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini menceritakan bila sedang menghadap ke hadhirat Allah ‘Azaa wa Jalla, Ali bin Abu Thalib r.a. sedemikian khusyu’ dan khidmatnya, tak ada sesuatu yang dapat menggoyahkan kebulatan pikiran dan perasaannya. Dalam situasi sedang berkobarnya pertempuran di Shiffin, habis menunaikan salat, Ali bin Abu Thalib r.a. tekun berwirid, tidak terpengaruh oleh hiruk-pikuk orang yang sedang mengadu tenaga dan senjata.
Di malam yang sangat mengerikan itu, Ali bin Abu Thalib r.a. bersembah sujud di hadapan Allah SWT, padahal tidak sedikit anak panah yang beterbangan di kanan-kirinya dan ada pula yang berjatuhan di depannya. Ia tidak gentar sedikit pun dan tidak bangun meninggalkan tempat ibadah sebelum menyelesaikannya dengan tuntas.
Demikian banyaknya ia bersembah sujud setiap hari, siang dan malam, sampai kulit keningnya menebal dan keras kehitam-hitaman. Ia selalu bermunajat kepada Allah dan mengagungkan-Nya, menyatakan ketundukan dan penyerahan hidup-matinya kepada Allah. Dengan patuh ia melaksanakan semua perintah dan menghindari larangan-Nya. Semuanya itu dilakukan dengan sepenuh hati, jujur dan ikhlas.
Hatinya, perbuatannya dan ucapannya sedemikian utuhnya menjadi satu perpaduan yang tak kenal garis pemisah. Konon Ali bin Al Husein r.a. –cucu Ali bin Abu Thalib r.a.– pernah ditanya orang tentang “bagaimana perbandingan antara ibadah yang anda lakukan dengan ibadah yang dilakukan datuk anda?”
Ali bin Al Husein r.a. yang terkenal sebagai orang shaleh dan tekun beribadah itu menjawab: “Perbandingan antara ibadahku dengan ibadah datukku, sama seperti perbandingan antara ibadah datukku dengan ibadah Rasulullah SAW”
Tentang ibadah Ali bin Abu Thalib r.a. ini, ‘Urwah bin Zubair mengemukakan sebuah riwayat yang berasal dari Abu Darda sebagai berikut:
Baca juga: Ini yang Dilakukan Ali bin Abu Thalib Saat Berdiri di Depan Dua Onggok Emas dan Perak
Pada suatu hari aku menyaksikan Ali bin Abi Thalib r.a. berada di halaman rumah seorang yang penuh dengan pepohonan. Ia mengasingkan diri dari orang lain dan bersembunyi di sela-sela batang kurma yang sangat lebat: Aku mencari-cari dia sampai agak jauh. Kukira pasti ia sudah berada di rumahnya lagi. Tiba-tiba aku mendengar suara ratap sedih: ‘Ya Allah, Tuhanku, betapa banyaknya dosa yang karena kebijaksanaan-Mu tidak Engkau balas dengan murka-Mu. Betapa pula banyaknya dosa yang karena kemurahan-Mu tidak Engkau gugat.