Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur’an,
Pensyarah Kitab Dalail Khairat
Tafsir Al-Qur’an (bahasa Arab: القرآن تفسير) adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Qur’an dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan Al-Qur’an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami dan samar artinya.
Dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an diperlukan bukan hanya pengetahuan bahasa Arab, tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan yang menyangkut Al-Qur’an dan isinya. Ilmu untuk memahami Al-Qur’an ini disebut dengan Ushul Tafsir atau biasa dikenal dengan Ulumul Qur’an (ilmu-ilmu Al-Qur’an).
Baca Juga: Tips Agar Khatam Qur’an 3 Kali Selama Ramadhan
Pengertian Tafsir terambil dari akar kata [رس ف] “Fassara” yang berarti menjelaskan atau menguraikan. Akar kata lain dari “Fassara”, yakni kesungguhan membuka secara berulang-ulang. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa kata “Tafsir” adalah upaya kesungguhan untuk membuka penjelasan tentang makna dan hakikat yang tersembunyi di dalam Al-Qur’an.
Kata yang seringkali pula dipadankan dengan istilah “tafsir” adalah “takwil”. Meskipun terdapat perbedaan pada definisinya, namun kedua kata ini atau istilah ini seringkali digunakan secara bersamaan atau bergantian, sehingga sulit bagi kebanyakan orang membedakan antara keduanya.
Kata “Takwil” terambil dari “Awwala-Yu’awwilu” yang berarti mengambil pada makna dasar. Dalam pengertian yang lebih sederhana, aspek takwil tidak hanya sekedar terfokus pada aspek “Tafsir” dalam upaya menjelaskan atau menguraikan maknanya secara kebahasaan saja, melainkan juga ada upaya untuk mengembalikan pada makna dasarnya secara simbolik atau filosofis.
Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa “Tafsir” hanyalah upaya menyingkap makna dari segi aspek-aspek lughawiyyah atau aspek linguistiknya (kebahasaan) saja. Sedangkan “Takwil” lebih pada upaya membangun pemahaman ulang atau pemahaman baru dalam membangun makna baru dalam konteks yang lebih kompleks dan luas, baik itu dari segi filosofis atau simboliknya.
Metode Penafsiran Al-Qur’an
Dalam metode penafsiran Al-Qur’an terdapat beberapa metode, di antaranya:
1. Tafsir Al-Qur’an bil Qur’an.
Upaya menafsirkan Al-Qur’an dengan penjelasan dari ayat-ayat Al-Qur’an lainnya. Misalnya: tafsir tentang kisah peristiwa Nabi Adam dan Siti Hawa terusir dari surga akibat memakan buah Khuldi pada Surah Al-Baqarah dijelaskan pada surah lainnya, semisal Surah Al-‘Araf.
2. Tafsir Al-Qur’an bil Hadis.
Upaya menafsirkan Al-Qur’an dari penjelasan hadits-hadits Nabi yang hal ini biasa disebut dengan Tafsir bil Riwayah. Misalnya: Larangan tentang Riba atau meminum minuman keras telah dijelaskan melalui banyak hadits-hadits Nabi.
3. Tafsir Al-Qur’an bil Ra’yi.
Upaya menafsirkan Al-Qur’an melalui penjelasan nalar logika yang dibangun dari pemahaman keilmuan yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan seorang muafssir dalam berijtihad. Misalnya: ayat-ayat yang berkenaan dengan sifat-sifat Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an yang menjadi pembahasan utama oleh para ulama ahli ilmu kalam (teologis).
Bentuk Tafsir Al-Qur’an
Adapun bentuk-bentuk tafsir Al-Qur’an yang dihasilkan secara garis besar dibagi menjadi tiga: Dinamai dengan nama Tafsir bi al-Ma`tsur (dari kata atsar yang berarti sunnah, hadits, jejak, peninggalan) karena dalam melakukan penafsiran seorang mufassir menelusuri jejak atau peninggalan masa lalu dari generasi sebelumnya terus sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Berikut penjelasannya:
1. Tafsir bil Matsur
Tafsir bi al-Matsur adalah tafsir yang berdasarkan pada kutipan-kutipan yang shahih yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, Al-Qur’an dengan sunnah karena ia berfungsi sebagai penjelas Kitabullah, dengan perkataan sahabat karena merekalah yang dianggap paling mengetahui Kitabullah, atau dengan perkataan tokoh-tokoh besar tabi’in karena mereka pada umumnya menerimanya dari para sahabat.
Tafsir-tafsir bil ma’tsur yang terkenal antara lain: Tafsir Ibnu Jarir, Tafsir Abu Laits As Samarkandy, Tafsir Ad Dararul Ma’tsur fit Tafsiri bil Ma’tsur (karya Jalaluddin As Sayuthi), Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al Baghawy dan Tafsir Baqy ibn Makhlad, Asbabun Nuzul (karya Al Wahidy) dan An Nasikh wal Mansukh (karya Abu Ja’far An Nahhas).
2. Tafsir bi ar-Ra’yi
Seiring perkembangan zaman yang menuntut pengembangan metode tafsir karena tumbuhnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah maka tafsir ini memperbesar peranan ijtihad dibandingkan dengan penggunaan tafsir bi al-Matsur. Dengan bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu Al-Qur’an, hadits dan ilmu hadits, ushul fikih dan ilmu-ilmu lain seorang mufassir akan menggunakan kemampuan ijtihadnya untuk menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada.
Contoh Tafsir bir ra’yi dalam Tafsir Jalalain: “Khalaqal insaana min ‘alaq” (Surat Al Alaq: 2). Kata ‘alaq di sini diberi makna dengan bentuk jamak dari lafaz ‘alaqah yang berarti segumpal darah yang kental.
Beberapa tafsir bir ra’yi yang terkenal antara lain: Tafsir Al-Jalalain (karya Jalaluddin Muhammad Al Mahally dan disempurnakan oleh Jalaluddin Abdur Rahman As-Sayuthi), Tafsir Al-Baidhawi, Tafsir Al Fakhrur Razy, Tafsir Abu Suud, Tafsir An Nasafy, Tafsir Al Khatib, Tafsir Al Khazin.
3. Tafsir Isyari
Menurut kaum sufi, setiap ayat mempunyai makna yang zahir dan batin. Yang zahir adalah yang segera mudah dipahami oleh akal pikiran. Sedangkan yang batin adalah yang isyarat-isyarat yang tersembunyi dibalik itu yang hanya dapat diketahui oleh ahlinya. Isyarat-isyarat kudus yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan Al-Qur’an inilah yang akan tercurah ke dalam hati dari limpahan gaib pengetahuan yang dibawa ayat-ayat. Itulah yang biasa disebut tafsir Isyari. tafsyir berdasarkan intuisi, atau bisikan batin. Contoh bentuk penafsiran secara Isyari antara lain adalah pada ayat: “….Innallaha ya’murukum an tadzbahuu baqarah…..” (Surat Al Baqarah:
67)
Yang mempunyai makna zhahir adalah “….Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina…” Tetapi dalam tafsir Isyari diberi makna dengan “….Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah…”.
Untuk diketahui, beberapa karya tafsir Isyari yang terkenal antara lain: Tafsir An Naisabury, Tafsir Al Alusy, Tafsir At Tastary, Tafsir Ibnu Araby.
Baca Juga: Sejarah Singkat Perkembangan Ilmu Tafsir Al-Qur’an (1)
(rhs)