Sebelum Wafat, Nabi Adam Sempat Hidup Bersama 40.000 Orang Keturunannya – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Sebelum Wafat, Nabi Adam Sempat Hidup Bersama 40.000 Orang Keturunannya

Published

on

Sebelum Wafat, Nabi Adam Sempat Hidup Bersama 40.000 Orang Keturunannya



loading…

Imam Abu Ja’far bin Jarir dalam kitab tarikhnya yang diriwayatkan dari beberapa perawi menyebutkan, bahwa Hawa dengan Adam melahirkan 40 anak dari 20 kelahiran. Atsar ini juga disebutkan oleh Ibnu Ishaq dengan sanad yang sama.

Baca juga: Isra Miraj (5): Rasulullah Bertemu Nabi Adam dan Melihat Kaum yang Disiksa

Kitab Qashash Al-Anbiya karya Ibnu Katsir memaparkan bahwa beberapa ulama juga ada yang menyebutkan, Hawa selama hidupnya merasakan 120 kelahiran, pada setiap kelahirannya memiliki dua anak kembar, satu orang putra dan satu orang putri. Anak pertama mereka adalah Qabil dan Iglima, sedangkan anak terakhir adalah Abdul Mugits dan Ammatul Mugits.

Kemudian dari mulai anak anak Adam itulah manusia menyebar ke seluruh penjuru bumi, semakin tumbuh besar dan semakin banyak.

Sebagaimana firman Allah, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki laki dan seorang perempuan“ (QS Al Hujurat: 13 ).

Juga firman Allah, “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” Dan seterusnya hingga akhir ayat. ( QS An Nisaa’ : 1 ).

Baca juga: Sebelum Diturunkan ke Bumi, Dimanakah Surga yang Ditinggali Nabi Adam dan Hawa?

Bahkan, beberapa sejarawan menyebutkan, bahwa sebelum meninggal dunia, Adam merasakan hidup bersama anak, cucu, cicit, dan seterusnya hingga berjumlah 40.000 orang.

Allah juga berfirman, “Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (Suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhan Mereka (seraya berkata), “Jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami akan selalu bersyukur.” Maka setelah Dia memberi keduanya seorang anak yang saleh, mereka menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugrahkan Nya itu. Maka Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.” ( QS Al A’raf: 189-190 ).

Pada awal ayat ini dijelaskan tentang Adam, kemudian setelah itu meluas ke seluruh bangsa manusia. Dengan kata lain firman tersebut tidak hanya khusus mengenai Adam dan Hawa saja, namun juga keterangan tentang apa yang terjadi dengan bangsa manusia secara keseluruhan (karena Adam juga termasuk bangsa manusia).

Sama seperti disebutkan pada firman Allah, “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)”. ( QS Al Mukminun: 12-13 ).

Juga firman Allah, “Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang dan Kami jadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat-alat pelempar setan.” ( QS Al Mulk: 5 ).

Seperti diketahui bahwa kata “rujum lisy syayatin” bukanlah salah satu benda yang menghiasi langit, namun itu dimasukkan ke dalamnya karena keberadaannya di atas langit.

Adapun mengenai sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Abdus Shamad, dari Umar bin Ibrahim, dari Qatadah, dari Hasan, dari Samurah, dari Nabi SAW , beliau bersabda, “Ketika Hawa melahirkan seorang anak, iblis menghampirinya, dan sebelum itu tidak ada seorang anak pun yang hidup setelah dilahirkan oleh Hawa. Kemudian iblis berkata kepada Hawa, “Namailah ia dengan Abdul Harits maka ia akan hidup. Dan Hawa pun menurutinya dan menamai anaknya Abdul Harits. Ternyata benar, anak itu memang hidup. Itu adalah salah satu perintah dan bisikan dari setan.”

Baca juga: Setelah Diusir dari Surga, Nabi Adam dan Siti Hawa Berbuat Syirik?

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mardawaih dalam kitab tafsir mereka ketika membahas tentang ayat di atas tadi”. Dan diriwayatkan pula oleh Hakim dalam Kitab Mustadrak-nya. Mereka semua meriwayatkan hadis tersebut melalui Abdus Shamad bin Abdul Warits.

Hakim berkata, “hadis ini memiliki sanad yang sahih namun tidak dimasukkan dalam kitab hadis shahih oleh Bukhari dan Muslim.

Sedang Tirmidzi berkata, “Hadis ini termasuk hadis hasan gharib, kami tidak menemui riwayat lain secara marfiu’ kecuali melalui Umar bin Ibrahim, sedangkan riwayat dari Abdus Shamad malah tidak masuk dalam hadits marfu””

Ini adalah noda yang sangat buruk dalam periwayatan hadis tatkala diriwayatkan secara mauquf atas nama seorang sahabat, dan itu yang paling tinggi tingkatannya, karena yang sebenarnya hadis itu diambil dari israiliyat (hadis yang dibuat buat/palsu).



Berita Selengkapnya

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved