Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari dalam bukunya berjudul “
Ahkaamu Al’ Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah” mengutip sejumlah hadis tentang perayaan dua hari raya, Idul Fitri dan Idul Adha , dan penegasan bahwa keduanya adalah hari raya umat Islam.
Baca juga: Sejarah Idul Fitri dan Perayaannya
Dari Anas ra ia berkata: “ Nabi SAW datang ke Madinah sedang penduduknya memiliki dua hari raya mereka bersenang-senang di dalamnya di masa jahiliyah.
Beliau bersabda: “Aku datang pada kalian sedang kalian memiliki dua hari yang kalian besenang-senang di dalamnya pada masa jahiliyah. Sungguh Allah telah menggantikan untuk kalian yang lebih baik dari dua hari itu yaitu: hari Raya Qurban dan hari Idul Fitri”. [Hadits Shahih, dikeluarkan oleh Ahmad (3/103,178,235), Abu Daud (1134), An-Nasa’i (3/179) dan Al-Baghawi (1098)]
Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna dalam kitab “Fathur Rabbani” menjelaskan hari Idul Fitri dan hari raya Qurban ditetapkan oleh Allah Taala, merupakan pilihan Allah untuk mahluk-Nya dan karena keduanya mengikuti pelaksanaan dua rukun Islam yang agung yaitu haji dan puasa.
Pada dua hari tersebut, Allah mengampuni orang-orang yang melaksanakan ibadah haji dan orang-orang yang berpuasa , dan Dia menebarkan rahmat-Nya kepada seluruh mahluk-Nya yang taat.
“Adapun hari Nairuz dan Mahrajan merupakan pilihan para pembesar pada masa itu yang tentunya disesuaikan dengan zaman, selera dan semisalnya dari keistimewaan yang akan pudar. Maka perbedaan keistimewaan dari Idul Fitri dan Idul Adha dengan hari Nairuz dan Mahrajan sangat jelas bagi siapa yang mau memperhatikannya,” ujar Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna.
Baca juga: Idul Fitri dan Keselamatan Jiwa
Nyanyian
Dari Aisyah radliaalahu ‘anha , ia berkata: Rasulullah SAW masuk menemuiku sedangkan di sisiku ada dua anak perempuan kecil yang sedang bernyanyi dengan nyanyian Bu’ats. Lalu beliau berbaring di tempat tidur dan memalingkan wajahnya.
Masuklah Abu Bakar , lalu dia menghardikku dan berkata: “Seruling setan di sisi Nabi SAW?”
Rasulullah SAW kemudian menghadap ke Abu Bakar seraya berkata: “Biarkan kedua anak perempuan itu”.
Ketika beliau tidur, aku memberi isyarat dengan mata kepada dua anak itu maka merekapun keluar.
Dalam riwayat lain:
Rasulullah SAW bersabda:
”Wahai Abu Bakar, setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita”.[Kedua hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Ibnu Majah]
Tentang Bu’ats, Imam Al-Baghawi dalam “Syarhus Sunnah” menjelaskan sebagai hari yang terkenal di antara hari-harinya bangsa Arab.
Baca juga: Merayakan Idul Fitri dalam Kesunyian
Pada hari itu suku Aus mendapatkan kemenangan yang besar dalam peperangan dengan suku Khazraj. Peperangan antara kedua suku ini berlangsung selama 120 tahun sampai datang Islam.
Syair yang didendangkan oleh kedua anak perempuan itu berisi penggambaran (tentang) peperangan dan keberanian serta menyinggung upaya untuk membantu tegaknya perkara agama.
Adapun nyanyian yang berisi kekejian, pengakuan berbuat haram dan menampakkan kemungkaran dengan terang-terangan melalui ucapan, adalah termasukg nyanyian yang dilarang. Tidak mungkin nyanyian seperti itu yang didendangkan di hadapan Nabi SAW lalu dilalaikan untuk mengingkarinya.
Sabda beliau: “Ini adalah hari raya kita”, beliau mengemukakan alasan dari Aisyah bahwa menampakkan kegembiraan pada dua hari raya merupakan syiar (slogan) agama ini, dan tidaklah hari raya itu seperti hari-hari lain”.
Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari berkata: “Dalam hadits ini ada beberapa faedah, disyariatkan untuk memberikan kelapangan kepada keluarga pada hari-hari raya untuk melakukan berbagai hal yang dapat menyampaikan mereka pada kesenangan jiwa dan istirahatnya tubuh dari beban ibadah. Dan sesungguhnya berpaling dari hal itu lebih utama. Dalam hadis ini juga menunjukkan bahwa menampakkan kegembiraan pada hari-hari raya merupakan syiar agama.
Baca juga: Inilah Asal Mula Perayaan Idul Fitri
(mhy)