Namun, apabila seseorang terbiasa menahan amarah, amarahnya tidak lagi mudah berkobar. Apabila kembali berkobar, ia tidak lagi kesulitan untuk memadamkannya.
“Itulah yang dinamakan kesabaran. Sifat ini adalah indikasi kesempurnaan nalar seseorang dan tunduknya elemen amarah pada nalar,” kata Habib Ahmad dilansir dari tausiyah onlinenya.
Baca Juga: 4 Keutamaan Bagi Orang yang Bersabar Menghadapi Musibah
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Carilah kedudukan yang tinggi di sisi Allah”. Para sahabat lantas bertanya, “Bagaimana caranya, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab. “Sambunglah silaturrahim dengan orang yang memutuskanmu, bersedekahlah kepada orang yang tidak mau memberimu, dan bersabarlah terhadap orang yang berlaku buruk kepadamu.”
Allah Ta’ala berfirman: “Jadilah orang-orang Rabbani (Rabbaniyyin)” (QS Ali ‘Imran: 79)
Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Rabbaniyyin adalah orang-orang alim yang penyabar. Allah juga berfirman: “Apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (yaitu hamba-hamba Tuhan Yung Maha Pengasih, dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “Salam”. (QS Al-Furqan: 63)
Mengenai ayat ini diriwayatkan dari Hasan bahwa apabila orang-orang penyabar diperlakukan dengan buruk, mereka tidak membalasnya dengan keburukan. Mengenai firman Allah yang berhunyi. “Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha pengasih adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati.” (QS Al-Furqan: 63)
Atha’ bin Abi Rabah mengatakan, mereka adalah orang-orang yang penyabar. Ibnu Abi Huhaib mengatakan, kata Kahlan dalam Surah Ali ‘Imran Ayat 46 berarti orang yang sangat penyabar.”
Allah berfirman, “Apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya.” Menurut Mujahid, maknanya adalah apabila disakiti, mereka memaafkan dengan lapang dada.