Almarhum
KH. Ali Mustafa Yaqub seringkali mengingatkan untuk membedakan antara agama dan budaya. Ini beliau sampaikan di forum pengajian, diskusi, dan ditulis juga dalam beberapa buku. Di antara buku yang mengulas perihal ini adalah
al-Thuruq al-Shahihah fi Fahm al-Sunnah al-Nabawiyyah. Buku ini ditulis menjelang beliau wafat. Islam datang dari negeri Arab, sehingga wajar antara agama dan budaya Arab kerapkali bercampur.
KH. Ali Mustafa Yaqub mengatakan budaya dengan Islam berbeda. Islam agama yang bersumber dari wahyu. Sementara budaya kreasi manusia dan sumbernya manusia itu sendiri, bukan wahyu. Kalau ada sebutan budaya Islam, artinya budaya yang diwarnai Islam. Contohnya, model pakaian umat Islam, model pakaian tersebut adalah budaya yang diwarnai nilai-nilai Islam. Sebab Islam sebenarnya tidak mengamanatkan bentuk pakaian tertentu. Yang ada hanyalah aturan umum yang berkaitan dengan pakaian. Seperti menutup aurat, tidak terbuka, tidak ketat, tidak menyerupai lawan jenis, dan lain-lain.
Sementara keharusan laki-laki memakai surban dan jubah misalnya, tidak ada perintah yang shahih dari Nabi SAW. Nabi Muhammad memang memakai surban. Hadisnya benar. Akan tetapi, menurut KH. Ali Mustafa Yaqub, Nabi memakai itu dalam kapasitasnya sebagai orang Arab. Laki-laki Arab pada umumnya memakai surban, termasuk non-muslim. Surban lebih identik dengan budaya Arab, ketimbang pakaian pemeluk agama tertentu.
“Saya tidak dapat mengatakan surban itu pakaian yang diamanatkan oleh Islam, dan itu harus diikuti. Itu adalah budaya Arab. Dalilnya adalah riwayat Abu Daud, ‘Perbedaan antara surban kita orang Islam, dan surban kaum musyrikin adalah memakai kopiah (qalansuwah).’” Kata KH. Ali Mustafa Yaqub.
Mengapa pembedanya kopiah? Karena muslim memakai surban juga untuk sembahyang. Kalau tidak pakai kopiah, kata KH. Ali Mustafa Yaqub, ketika ruku’ dan sujud, kopiahnya mudah lepas. Kaum musyrikin tidak pakai kopiah, karena tidak memerlukan ruku’ dan sujud. Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa yang pakai surban bukan hanya orang Islam, tapi juga kaum musyrikin. Yang pakai surban waktu itu bukan saja Nabi Muhammad, tetapi juga Abu Jahal.