Hampir sepanjang malam, muslim di Tarim menghabiskan waktunya menghidupkan sholat Tarawih berjamaah. Mengenai rakaatnya jangan tanya, seseorang bisa melaksanakan sholat Tarawih hingga 100 rakaat jika ia mampu.
Tarim merupakan satu kota di wilayah Hadhramaut, provinsi terbesar di Yaman. Kota ini lebih terkenal dengan keilmuan dan kerohaniannya dibandingkan kota-kota lainnya di Yaman.
Nama Tarim diambil dari nama seorang penguasa yang membangun kota tersebut, yaitu Tarim bin Hadhramaut. Menurut sumber lain dikatakan bahwa yang membangun Kota Tarim adalah Sa’ad Al-Kamil. Adapun sebutan lain dari Kota Tarim adalah Al-Ghanna yang artinya sebuah tempat yang sangat subur. Disebut demikian, karena di kota Tarim banyak terdapat tempat-tempat yang rimbun, pohon-pohon yang tumbuh dan banyak pula sumber airnya.
Selain subur, kota ini juga dikenal sebagai pusat berkumpulnya para aulia Allah dan ulama-ulama besar ahli fikih. Kota ini juga pusat dari berbagai disiplin ilmu Agama. Pernah dituturkan oleh As-Syekh Ali bin Salim: “Sesungguhnya yang berdiri di saf pertama di Masjid Jamik Kota Tarim pada saat ibadah salat Jumat semuanya adalah ulama yang saleh.”
Salah satu keistimewaan Tarim adalah selalu dikunjungi banyak orang yang berniat untuk berziarah, atau sekadar mengambil berkah kepada para aulia Allah. Selain itu menuntut ilmu agama seperti yang dilakukan oleh pekajar-pelajar asal Indonesia maupun dari negara lain di dunia.
Ibadah Sepanjang Malam
Menjelang memasuki bulan Ramadhan, warga Tarim sudah biasa mengikuti pengajian untuk Tarhib atau menyambut kedatangan tamu agung tersebut. Ketika memasuki bulan Ramadhan, keadaan Kota Tarim berubah 180 derajat. Siang menjadi malam dan suasana malam menjadi siang.
Seperti aktivitas jual beli dan transaksi laninya dilaksanakan pada malam hari sampai menjelang terbit Fajar. Pasar dan aneka toko semuanya dibuka di malam hari. Hanya sedikit saja yang bisa kita jumpai dari selepas sholat Subuh sampai Zuhur, karena waktu ini adalah waktunya orang- orang beristirahat.
Satu hal yang membedakan Kota Tarim dengan kota Islam lainnya di dunia adalah dalam pelaksanaan sholat Tarawih. Jika di Indonesia biasanya Tarawih dilaksanakan serentak sekitar Pukul 19:30 atau 20:00 waktu setempat, di Kota Tarim sholat Tarawih berjamaah digelar mulai Pukul 21.00 hingga menjelang Subuh.
Misalnya, Masjid Jamal Al-Lail, Masjid Sahl, dan Masjid Bir yang konsisten menggelar sholat Tarawih pukul 21:00 sampai 22:00 waktu setempat. Maka Masjid Ba ‘Alawi memulai Tarawih pada pukul 23:00 malam. Disusul berikutnya Masjid Al-Muhdhar pada pukul 00:30. Dan ditutup di Masjid Jamik Tarim yang dimulai pada pukul 01:30.
Sholat Tarawih di Tarim baru berakhir pukul 02:30 waktu setempat. Jadi, dalam semalam seseorang bisa melakukan sholat Tarawih sampai 100 rakaat, jika mau dan mampu.
Oleh karena itu, kebanyakan masyarakat muslim Tarim mengambil waktu istirahatnya sebelum masuknya waktu sholat Isya, guna menambah gairah dan semangat menjalankan ibadah sholat Tarawih berjamaah.
Penulis merasakan bagaimana nikmatnya ibadah Ramadhan di Tarim. Pengalaman menghidupkan sholat Tarawih sepanjang malam benar-benar berkesan. Meskipun belum sampai 100 rakaat. Awalnya saya merasa sedih karena kebijakan lockdown masih saja menghalangi kami, meskipun di Tarim khususnya tidak ada kasus Corona dan di Yaman umumnya.
Namun, ketika pengumuman datang membolehkan keluar untuk sholat Tarawih di luar asrama, kami pun merasa senang dan bahagia. Kesempatan untuk merasakan sholat Tarawih di masjid-masjid Tarim akhirnya kesampaian hingga sholat Tarawih sebanyak 100 rakaat.
Sepanjang malam Tarim hidup dengan ibadah kepada Allah. Begitulah indahnya Ramadhan di Kota Tarim. Mudah-mudahan kita diberikan kesehatan dan istiqamah dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Kita juga berdoa semoga wabah Covid-19 segera diangkat Allah dari bumi ini. Aamiin!
Reportase Muhammad Fathullah Ishak
Mahasiswa Tingkat 2 Universitas Al-Ahgaff Tarim Hadhramaut, Yaman
Baca Juga: Keistimewaan Tarim (2), Rumah dan Jalanannya Dipenuhi Cahaya
(rhs)