Salah satu peringatan Allah terkait umur diabadikan dalam Al-Qur’an :
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (QS Fatir Ayat 37)
Baca Juga: Ada Apa dengan Usia 40 Tahun? Ini Penjelasannya
Maksud dari memanjangkan umur di sini adalah 40 tahun sebagaimana penfisiran dari ulama klasik seperti Imam Hasan Al-Bashri. Jika seorang telah mencapai umur 40 tahun dan ia tidak memiliki apa yang diinginkan dalam hidup dan tidak pula menjadi pencegah, maka biarkanlah ia dan jangan nafaskan kembali apa yang telah berlalu walaupun sebab-sebab tujuan hidup itu telah menghabiskan usia.
Menurut Ibnu Katsir, ayat di atas memberikan petunjuk bahwa manusia apabila menjelang usia 40 tahun hendaklah memperbarui taubat dan kembali kepada Allah dengan bersungguh-sungguh.
Dalam satu hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dari Ibnu Abbas, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم pernah bersabda bahwa ‘Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”.
Para Salafus Sholeh rahimahullahu berkata: Waktu manusia sejatinya adalah usianya sendiri. Waktu adalah substansi hidup manusia (yang dapat membawanya kepada) kehidupan yang abadi di tempat yang penuh kenikmatan (surga).