Baca juga: Soal Rezeki, Inilah Nasehat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
Disarikan dari ‘Ensiklopedi Kisah Generasi Salaf’, dikisahkan suatu hari, Hanzhalah memutuskan untuk meminang sang kekasih Jamilah binti Ubay bin Salul, anak sahabat ayahnya. Tentu sangat menyenangkan ketika akhirnya dapat bersatu dengan pujaan hati setelah sekian lama sendiri. Pernikahan keduanya berlangsung sangat khidmat. Ikatan suci mempersatukan Hanzhalah dengan Jamilah.
Pernikahan antara Hanzhalah dan Jamilah bertepatan dengan persiapan perang di Uhud. Pagi harinya, umat Islam akan menghadapi pasukan kafir Quraisy. Ada yang bilang pernikahan tersebut dilaksanakan lantaran Hanzhalah tahu bahwa ia akan ikut dalam barisan pasukan Muslim. Sementara pendapat lain berkata Hanzhalah memang sudah sejak lama hendak meminang Jamilah.
Baca juga: Tanda dan Petunjuk Al Qur’an Tentang Siapa Jodoh Kita
Seperti pengantin baru pada umumnya, Hanzhalah dan Jamilah menghabiskan malamnya dengan penuh cinta. Keduanya saling mencurahkan kasing sayang pada satu sama lain. Karena alasan ini juga, Rasulullah akhirnya mengizinkah Hanzhalah agar tidak ikut perang di esokan harinya.
Manakala fajar hampir tiba, genderang perang mulai terdengar. Riuh-riuh teriakan pasukan Muslim membangkitkan semangat siapapun agar syahid di mata Allah. Panggilan tersebut juga terdengar di telinga Hanzhalah. Padahal dirinya telah diberi kebebasan agar bisa absen dari barisan umat muslim menghadapi pasukan Abu Sufyan di luar kota Madinah.
Namun nyatanya, dengan sergap Hanzhalah melepas pelukan sang istri yang baru dinikahinya beberapa jam. Ia mengambil pedang dan baju zirahnya lalu keluar dan bergabung bersama muslim lain. Hanzhalah berlari ke medan perang dalam keadaan masih junub dan belum mandi.
Baca juga: Keberuntungan Orang Tua di Akhirat Ditentukan oleh Hal Ini