Pengikut Mazhab Hanafi Rentan Terhadap Serangan Bom Bunuh Diri – Bagyanews.com
Connect with us

Editorial

Pengikut Mazhab Hanafi Rentan Terhadap Serangan Bom Bunuh Diri

Published

on

Pengikut Mazhab Hanafi Rentan Terhadap Serangan Bom Bunuh Diri

[ad_1]

BagyaNews.comSebuah studi menunjukkan bahwa negara dengan penduduk mayoritas pengikut mazhab Hanafi rentan terhadap serangan bom bunuh diri.

Sebuah studi menunjukkan bahwa negara dengan penduduk mayoritas pengikut mazhab Hanafi rentan terhadap serangan bom bunuh diri. Demikian ringkasan artikel yang diterbitkan oleh jurnal Global Studies Quarterly, edisi 2 tahun 2022, sebuah jurnal yang terafiliasi dengan Universitas Oxford, Inggris.

Artikel bertajuk Islam and Suicide Terrorism: An Empirical Analysis tersebut ditulis oleh Seung-Whan Choi dan Davis Brown. Keduanya meneliti hubungan agama dengan aksi bom bunuh diri. Keduanya percaya bahwa fenomena bom bunuh dalam tiga dekade terakhir merupakan aksi yang terhubung dengan nilai-nilai keagamaan yang tertuang dalam teks-teks suci. Lebih jauh, Seung dan Brown menyatakan, agama dalam konteks ini sangat plural, tidak seperti digambarkan dalam banyak penelitian. Karena itu, sangat penting untuk mengidentifikasi apa sub aliran agama yang paling terhubung dengan fenomena bom bunuh diri.

Seung dan Brown berkesimpulan, dari sekian banyak sub sekte dalam Islam, kawasan dengan penduduk mayoritas sub sekte Hanafi. Ini artinya, pengikut mazhab Hanafi adalah kelompok paling rentan menjadi sasaran bom bunuh diri atau bahkan menjadi pelaku bom bunuh diri.

Penelitian menguatkan penelitian Charlinda Santifort-Jordan And Todd Sandler yang berjudul An Empirical Study of Suicide Terrorism. Penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2014 ini menyatakan bahwa Irak adalah negara dengan peristiwa bom bunuh diri terbanyak. Selama 1998-2010, tidak kurang 1300 aksi bom bunuh diri di negara yang pernah dipimpin Saddam Husain ini. Pakistan menduduki urutan kedua dengan jumlah serangan 249. Israel, Sri Lanka, Rusia, Turki, Algeria, dan India sesuai urutan menjadi negara dengan kasus bom bunuh diri terbanyak. Kecuali Algeria, negara-negara tersebut memiliki penganut Hanafi yang besar.

Seung dan Brown juga menemukan bahwa dalam kasus Islam, bom bunuh diri pertama kali digunakan pada tahun 1983 oleh aliran Syiah di Beirut, Lebanon. Praktik ini kemudian menyebar ke negara-negara lain, terutama yang beraliran fikih Hanafi. Hal ini terlepas dari siapa pelaku bom bunuh diri dan target mereka, apakah nasional atau transnasional. Seung dan Brown menggarisbawahi bahwa Islam merupakan unsur yang melebihi faktor epifenomenal tetapi kurang memadai jika disebut kausal dalam kasus maraknya aksi bom bunuh diri.

Artikel itu menyebut; “Studi empiris kami menyelidiki masalah kontroversial yang menonjol di antara para sarjana dan pembuat kebijakan: Apakah Islam dikaitkan dengan teroris militan yang melakukan serangan bunuh diri? Kami menjawab pertanyaan ini untuk melihat apakah Islam itu epifenomenal, berkorelasi, atau kausal.”

“Analisis keseluruhan kami menunjukkan bahwa Islam lebih dari sekadar epifenomenal tetapi kurang dari kausal. Terutama karena kami menarik kesimpulan dan kesimpulan kami berdasarkan tes empiris yang semuanya tentang kemungkinan peristiwa kekerasan seperti itu, kami tidak dapat mengklaim bahwa Islam adalah penyebab langsung dari kekerasan politik paling mematikan. Namun, pengujian kami menunjukkan korelasi yang kuat antara dua faktor: negara-negara dengan lebih banyak Muslim lebih rentan terhadap terorisme bunuh diri daripada negara-negara dengan lebih sedikit Muslim.”

Paragraf lain mengatakan, “Pengujian kami lebih lanjut menunjukkan, bagaimanapun, bahwa semua cabang dan sekte Islam yang berbeda tidak sama rentannya, dan hanya sedikit yang sangat terkait dengan serangan bunuh diri Pengujian kami juga menunjukkan bahwa peran penyebaran teroris tampaknya didukung tetapi tidak harus secara intuitif cara. Efek demonstrasi dari serangan Beirut 1983 menyebarkan taktik serangan bunuh diri di antara Muslim lainnya tetapi tidak di antara Syiah lainnya; sebaliknya, itu menyebar di kalangan Sunni dan tampaknya paling kuat di kalangan Sunni Hanafi.”

“Perhatikan bahwa dominasi Hanafi adalah warisan parsial dari Aturan Ottoman dan, oleh karena itu, dominan di negara-negara Timur Tengah, seperti Irak, Palestina, Yordania, Suriah, Lebanon, dan Mesir. Hanafi Islam juga dominan di Afghanistan, Pakistan, dan India Utara (termasuk Kashmir). Negara-negara ini paling rentan terhadap teroris bunuh diri serangan selama tiga puluh tahun terakhir. Jadi, itu masuk akal mengharapkan bahwa Hanafi Sunni muncul secara empiris, karena baik atau buruk, sebagai penentu utama serangan bunuh diri.”

“Pada awal sejarah Islam, mazhab Syafii memiliki banyak pengikut. Namun, Kekaisaran Ottoman menyukai mazhab Hanafi ketika menjadi kekuatan Muslim Sunni yang dominan. Di dunia kontemporer, banyak Syafii juga tinggal di berbagai. Negara-negara Timur Tengah yang rentan terhadap bunuh diri serangan. Hasil keseluruhan kami menunjukkan bahwa negara-negara Islam, terutama negara-negara yang didominasi Hanafi atau Syafii, kemungkinan besar memiliki risiko terbesar mengalami serangan teroris bunuh diri.”

“Karena hipotesis utama kami adalah “negara bagian dengan populasi Muslim yang lebih besar dikaitkan dengan lebih banyak serangan bunuh diri,” kami tidak merinci siapa yang melakukan serangan dan siapa targetnya. Namun, pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk lebih memahami serangan bunuh diri, jadi kami meninggalkannya untuk penelitian masa depan.”

Demikian negara muslim dengan mazhah Hanafi rentan terhadap serangan bom bunuh diri. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari maraknya fenomena tersebut.

[ad_2]

Sumber Berita harakah.id

#Pengikut #Mazhab #Hanafi #Rentan #Terhadap #Serangan #Bom #Bunuh #Diri

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved