Pendukung Aliran Putih yang Melarang Makan Ikan Talang – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Pendukung Aliran Putih yang Melarang Makan Ikan Talang

Published

on

Pendukung Aliran Putih yang Melarang Makan Ikan Talang



loading…

NAMA asli Sunan Drajad adalah Raden Qosim , beliau putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati dan merupakan adik dari Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang .

Baca juga: Syarif Hidayatullah, Putra Mahkota Mesir yang Meninggalkan Tahtanya

Buku Kisah dan Ajaran Wali Sanga karya H Lawrens Rasyidi menceritakan, Raden Qosim yang sudah mewarisi ilmu dari ayahnya kemudian diperintah untuk berda’wah di sebelah barat Gresik yaitu daerah kosong dari ulama besar antara Tuban dan Gresik.

Raden mulai perjalanannya dengan naik perahu dari Gresik sesudah singgah di tempat Sunan Giri. Dalam perjalanan ke arah barat itu perahu beliau tiba-tiba di hantam oleh ombak yang besar sehingga menabrak karang dan hancur.

Hampir saja Raden Qosim kehilangan jiwa, tapi bila Tuhan belum menentukan ajal seseorang bagaimanapun hebatnya kecelakaan pasti dia akan selamat, demikian pula halnya dengan Raden Qosim.

Secara kebetulan seekor ikan besar yaitu ikan talang datang kepadanya. Dengan menunggang punggung ikan tersebut Raden Qosim dapat selamat hingga ke tepi pantai.

Baca juga: Sunan Kudus: Sang Eksekutor Syekh Siti Jenar dan Kebo Kenanga

Raden Qosim sangat bersyukur dapat lolos dari musibah itu. Beliau juga berterima kasih kepada ikan talang yang dengan lantarannya dia selamat. Untuk itu beliau telah berpesan kepada anak turunannya agar jangan sampai makan daging ikan talang.

Bila pesan ini dilanggar akan mengakibatkan bencana, yaitu ditimpa penyakit yang tiada obatnya lagi. Ikan talang itu membawa Raden Qosim hingga ke tepi pantai yang termasuk wilayah desa jelag (sekarang termasuk wilayah desa Banjarwati), kecamatan Paciran.

Di tempat itu Raden Qosim disambut masyarakat setempat dengan antusias, lebih-lebih setelah mereka tahu bahwa Raden Qosim adalah putra Sunan Ampel seorang wali besar dan masih terhitung kerabat keraton Majapahit.

Di desa Jelag itu Raden Qosim mendirikan pesantren. Karena caranya menyiarkan agama Islam yang unik maka banyaklah orang yang datang berguru kepadanya.

Setelah menetap satu tahun di desa Jelag, Raden Qosim mendapat ilham supaya menuju ke arah selatan, kira-kira berjarak 1 km, di sana beliau mendirikan surau untuk berdakwah.

Baca juga: Kisah Sunan Kudus Hentikan Wabah Virus di Arab, Minta Upah Batu

Tiga tahun kemudian secara mantap beliau mendapat petunjuk agar membangun tempat berdakwah yang strategis yaitu di tempat ketinggian yang disebut Dalem Duwur.

Di bukit yang disebut Dalem Duhur itulah yang sekarang dibangun Museum Sunan Drajad, adapun makam Sunan Drajad terletak di sebelah barat Museum tersebut.

Raden Qosim adalah pendukung aliran putih yang dipimpin oleh Sunan Giri. Artinya, dalam berdakwah menyebarkan agama Islam, beliau menganut jalan lurus, jalan yang tidak berliku-liku. Agama harus diamalkan dengan lurus dan benar sesuai dengan ajaran Nabi. Tidak boleh dicampur baur dengan adat dan kepercayaan lama.

Meski demikian beliau juga mempergunakan kesenian rakyat sebagai alat dakwah. Di dalam museum yang terletak di sebelah timur makamya terdapat seperangkat bekas gamelan Jawa, hal itu menunjukkan betapa tinggi penghargaan Sunan Drajad kepada kesenian Jawa.

Di antara ajaran beliau yang terkenal adalah sebagai berikut:
Menehono teken marang wong wuto
Menehono mangan marang wong kan luwe
Menehono busono marang wong kang mudo
Menehono ngiyub marang wong kang kudanan

Artinya kurang lebih demikian:
Berilah tongkat kepada orang buta
Berilah makan kepada orang yang kelaparan
Berilah pakaian kepada orang yang telanjang
Berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan



Berita Selengkapnya

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved