BagyaNews.com – Sekalipun memuji-muji mazhab fikih Syafi’i, tetapi mereka tidak lelah untuk menyebarkan kebencian terhadap mazhab Asy’ari.
Wahabi Mengaji Kitab Fikih Syafi’i. Ada-ada saja ulah kaum Wahabi mutakhir. Saat ini, mereka sedang gencar mengkampanyekan bahwa umat Islam yang bermazhab Syafi’i di Indonesia telah meninggalkan ajaran Imam Syafi’i. Bahkan, sampai ada buku berjudul “Ajaran Madzhab Syafi’i yang Ditinggalkan Sebagian Pengikutnya”. Buku ini ditulis oleh seorang yang bergelar doktor lulusan negara berpaham Wahabi.
Dalam sebuah artikel berjudul “Bermazhab Syafi’i, Berakidah Asy’ari?”, seorang penulis berpaham Wahabi di situs internet milik kelompok tersebut mengatakan bahwa dirinya merasa aneh dengan pernyataan dalam kitab fikih Syafi’i yang penulisnya menyebut dirinya bermazhab Syafi’i dalam fikihnya dan Asy’ari dalam persoalan akidah. Si penulis artikel kemudian merasa bahwa pernyataan semacam itu bermasalah.
Dia berpikir, “Apakah Imam Syafi’i tidak mengajarkan persoalan akidah?” sehingga umat Islam sampai tidak mengikuti Imam Syafi’i dalam masalah tersebut? Dengan Bahasa yang menipu, ia mengatakan, “Apakah Imam Syafi’i tidak memiliki akidah?” Selanjutnya, dia menyatakan bahwa dia akan mengupas masalah yang dianggapnya rancu tersebut. Intinya, dia ingin mengatakan bahwa umat Islam harus bermazhab dengan mazhab Syafi’i yang murni, baik dalam masalah akidah maupun fikih. Tidak perlu mengikuti Asy’ari dalam akidah. Jadi saja pengikut Syafi’i yang murni. Baik dalam fikih maupun akidah.
Setelah penulis telusuri, ternyata, beberapa penulis beraliran Wahabi di Timur Tengah memang telah merancang arah propagandanya ke arah memecah-belah umat Islam semacam itu. Mereka ingin memecah dan memisahkan antara identitas Muslim yang telah mendarahdaging sebagai Syafi’i-Asy’ari. Mereka menulis buku-buku yang diklaim sebagai karya ilmiah untuk menunjukkan bahwa mazhab Syafi’i tidak harus bermazhab Asy’ari. Ada lho, orang bermazhab Syafi’i tapi akidahnya kayak Wahabi.
Ada lho, seorang bermazhab Syafi’i tapi tidak berakidah Asy’ari. Slogan Syafi’i-Asy’ari itu fenomena baru lho. Hal ini seperti dilakukan oleh sejumlah penulis seperti Abdul Aziz bin Marzuq Al-Tharifi dalam buku Al-Khurasaniyyah Fi Syarhi Aqidatir Raziyain, khususnya hlm. 55, Thaha Muhammad Naja dalam buku Al-Ittijah Al-Salafi ‘Inda Al-Syafi’iyyah Hatta Qarn Al-Sadis Al-Hijri (2020), dan Sholahuddin Guntung Raden dalam artikel Al-Tarikh Al-‘Aqidi Fi Al-Madzhab Al-Syafi’I (2020). Pada gilirannya, mereka menggiring logika para pembaca untuk memaklumi bahwa ada lho Syafi’i-Salafi. Dan yang kayak gitu tidak aneh.
Karena itu, sebagian pendakwah Wahabi di Indonesia mulai membuka kitab-kitab fikih mazhab Syafi’i. Mempelajarinya. Bikin forum-forum pengajian kitab yang isinya adalah kitab-kitab pesantren yang biasa diajarkan di kalangan umat Islam Indonesia yang notabenenya bermazhab Syafi’i. Sekalipun memuji-muji mazhab fikih Syafi’i, tetapi mereka tidak lelah untuk menyebarkan kebencian terhadap mazhab Asy’ari. Mereka menyebut mazhab Asy’ari sebagai bagian dari ajaran Ahli Kalam yang bid’ah.
Gaya kampanye semacam ini merupakan kelanjutan dari metode propaganda mereka sebelumnya yang menggunakan nama-nama tokoh umat Islam terkenal untuk menyebut lembaga-lembaga binaan Wahabi; Ma’had Imam Syafi’i, Penerbit Imam Syafi’i, Perguruan Tinggi Imam Syafi’i, dan lain sebagainya. Kaum Wahabi paham bahwa mayoritas umat Islam di Indonesia adalah penganut mazhab Syafi’i. Sejak kecil umat Islam Indonesia diajari cara beribadah ala mazhab Syafi’i. Ketika kaum Wahabi berdakwah, lalu menyalah-nyalahkan ajaran mazhab Syafi’i, dan mendapatkan penolakan, mereka mengubah strategi.
Mereka pakai nama-nama yang akrab di telinga masyarakat. Kitab-kitab yang digunakan secara luas diterbitkan oleh mereka, diterjemahkan oleh mereka, dijual oleh jaringan mereka. Tetapi, isinya ada yang sudah diubah sesuai dengan akidah dan ajaran kaum Wahabi. Sekarang, sebagian pendakwah Wahabi sedang menggalakkan pengajian kitab-kitab fikih mazhab Syafi’i. Tetapi, yang harus diketahui para netizen adalah, kaum Wahabi selalu menyelipkan akidahnya serta menjelek-jelekkan paham Asy’ari.
Memang, ada sebagian ustadz Salafi-Wahabi yang agaknya mulai benar-benar bergeser ke arah pembelaan terhadap mazhab. Jika mereka tulus, tentu ini harus diapresiasi. Artinya, akan ada tambahan energi bagi tokoh yang menyatukan dan mengademkan umat. Mereka tidak menjelekkan mazhab Asy’ari.
Sekalipun masih berpegang kepada doktrin Wahabi dalam akidah. Tetapi, konsekuensinya ustadz Salafi-Wahabi semacam itu akan dijauhi oleh pengikut Wahabi yang terlanjur fanatik dengan pahamnya. Dianggap telah meninggalkan manhaj yang benar, meninggalkan sunnah, dan seterusnya.
Setidaknya, kita berdoa semoga semakin banyak pendakwah Salafi-Wahabi yang mau terus belajar mazhab Syafi’i dengan bersungguh-sungguh, memperkuat eksistensi mazhab Syafi’i di tanah air, dan menjadi titik temu antar golongan umat Islam.