Meraih Suksesi, Belajar dari Pohon Jati – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Meraih Suksesi, Belajar dari Pohon Jati

Published

on

Meraih Suksesi, Belajar dari Pohon Jati



loading…

Sepulang dari salat tarawih , sekumpulan anak muda terlihat sewot. Mengapa? Salah satu dari mereka mengatakan masjid masih “dikuasai” orang-orang tua dengan tradisi kuno . Mereka yang merasa sudah menimba ilmu sampai ke pesantren merasa tak berguna. “Kami ingin menjadi imam, berceramah ramadhan dan bermanfaat bagi jamaah, tapi kami tak diberi kesempatan,” begitu kata seorang di antara mereka.

Baca juga: Renungan: Mengupas Keburukan, Belajar dari Kisah Kaki Merak

“Kenapa kalian tak masuk partai politik saja?” ledek salah seorang jamaah yang mendengar keluhan anak-anak muda itu.

“Kenapa harus masuk partai politik? Kami bisa menjadi imam salat dan berceramah agama,” balas mereka, balik bertanya.

“Partai politik tak membutuhkan kekuatan hubungan kita dengan tuhan, tak membutuhkan cinta kasih, tak membutuhkan kebijaksanaan, yang diperlukan adalah ambisi untuk meraih kepentingan,” jawab lelaki yang tampaknya mencoba memahami kekecewaan anak muda ini.

Ia lalu bercerita tentang pengalamannya waktu masih anak-anak, tatkala masih mengaji di langgar dengan guru yang ndeso. Dia juga bercerita tentang masa kecilnya sebagai penggembala kambing di hutan jati.

Baca juga: Renungan: Ramadhan Semoga Saja Tanpa Luka Amarah

Ya, hutan jati . Di satu desa di Pati, ada hamparan hutan jati. Hutan ini menghasilkan jati yang amat berkualitas dan diolah lanjut menjadi perabot rumah tangga oleh para perajin di Jepara. Kayu itu menjadi mebel berkualitas yang banyak diekspor ke berbagai negara. Kala itu, bangunan di daerah Pati rata-rata menggunakan papan kayu jati.

Kayu jati cukup berharga. Jepara menjadi kaya karena mengekspor mebel dari kayu jati. Mebel Jepara dikenal indah. Kayu jati terkenal tahan lama dan memiliki tekstur menawan sehingga cocok untuk bahan furniture. Kayu jati juga membangun harmoni keindahan bila dikombinasikan dengan kayu jenis lain.

Nah, untuk mendapatkan pohon jati yang berkualitas, butuh waktu setidaknya dua puluh sampai tiga puluh tahun sebelum dipotong. Kayu jati yang sudah berumur itu mengandung getah berwarna gelap. Getah di kayu ini sangat pahit dan beracun sehingga serangga enggan mendekati. Tapi, bila pohon jati masih muda, getah ini tak begitu pahit karena tercampur kadar air yang tinggi. Kualitas kayu juga menjadi rendah dan gampang rapuh.

Pohon jati dapat bertahan hidup selama dua hingga tiga ratus tahun. Papan yang terbuat dari jati seusia itu amat kuat. Jika dibuat mebel juga sangat indah. Kayu ini jika dipoles akan bersinar bak cermin, dan ia dapat bertahan dari generasi ke generasi. Hanya butuh polesan sesekali saja untuk membersihkan.

Baca juga: Renungan: Bergerak dari Satu Keinginan untuk Keinginan yang Lain

Pohon jati juga perlu perawatan. Saat berusia lima tahun, tatkala pohon masih kecil, cabangnya mesti dipotong secara teratur. Ini perlu dilakukan agar pohonnya tumbuh lurus, dan dalam dua puluh tahun pohon ini siap untuk dipotong.

“Guru mengaji saya memberikan perumpamaan bahwa manusia itu bak pohon jati,” ujar lelaki yang tampaknya sudah berumur itu.

“Meskipun ia dapat disebut seorang manusia, ia tidak akan mampu mengembangkan nilai-nilai secara penuh sampai ia dewasa. Sebelum itu, tak peduli bagaimana ia belajar, tidak peduli berapa banyak seni dan ilmu yang telah dipelajari, ia akan seperti pohon jati muda. Belum banyak berguna bagi dirinya, atau orang lain. Jika dia ditebang sebelum waktunya, maka tak banyak gunanya. Ia akan mudah hancur dan keropos,’ jelasnya.

Apa yang harus dilakukan agar manusia menjadi dewasa?

“Menurut guru mengaji saya, pertama-tama harus membuat sambungan antara dirinya dengan Allah. Membangun hubungan dengan Allah dengan menjalankan sifat-sifat Allah. Menempatkan antara keadilan dan hati nurani, keadilan Allah dan hati nurani dirinya, antara cinta dirinya dan cinta Allah.”

Baca juga: Renungan: Kebahagiaan Dunia Materi Bak Sungai yang Tercemar

Dia harus membangun koneksi antara perdamaian dan belas kasih Allah. Damai untuk dirinya dan belas kasih. Untuk menjadi kuat dalam kebijaksanaan, kualitas dan tindakan harus ditempa oleh waktu. Ibadah, doa dan pendekatan dengan Allah juga harus matang.



Berita Selengkapnya

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved