Mengapa harus ke Yaman? Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad, ulama besar Yaman pengarang Ratib Al-Haddad (1634-1720) dalam bukunya Risalatul Muawanah menceritakan keistimewaan Yaman dibanding negeri lain yang ada di dunia.
Baca Juga: Hadhramaut, Negeri Wali Pencetak Ulama dan Dai Nusantara
Diceritakan, Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin al-Imam Ja’far Shadiq, ketika menyaksikan munculnya bid’ah, hawa nafsu dan perbedaan pendapat yang makin menghangat, maka beliau hijrah dari Irak hingga sampai di Hadramaut, salah satu daerah lembah di negeri Yaman. Beliau bermukim di sana hingga wafat.
Mengapa Imam al-Muhajir memilih Hadramaut Yaman sebagai tempat hijrah? Imam Al-Muhajir memilih Hadramaut sebagai tempat hijrahnya, dikarena beberapa faktor, pertama peristiwa hijrahnya Sayyidina Husein dari Madinah ke Kufah, dimana Ibnu Abbas memberikan nasehat kepada Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib ketika hendak berangkat ke Kufah.
Ibnu Abbas menasehati agar beliau pergi ke Yaman karena di negeri itu para penduduknya menyatakan siap untuk mendukung Imam Husein. Sejarah membuktikan bahwa keturunan Imam Husein sampai saat ini mendapat dukungan di sana. Kedua, keistimewaan penduduk Yaman yang banyak disebut dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah maha luas (pemeberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS Al-Ma’idah Ayat 54)
Dari Jabir, Rasulullah صلى الله عليه وسلم ditanya mengenai ayat tersebut, maka Rasul menjawab: “Mereka adalah ahlu Yaman dari suku Kindah, Sukun dan Tajib”. Ibnu Jarir meriwayatkan, ketika dibacakan tentang ayat tersebut di depan Rasulullah, beliau berkata, “Kaummu wahai Abu Musa, orang-orang Yaman”.
Dalam Kitab Fath Al-Qadir, Ibnu Jarir meriwayat dari Suraikh bin Ubaid, ketika turun ayat 54 Surat Al-Maidah, Umar berkata, “Saya dan kaum saya wahai Rasulullah”. Rasul menjawab: “Bukan, tetapi ini untuk dia dan kaumnya, yakni Abu Musa al-Asy’ari”.
Ketika Allah berfirman dalam Surat Al-Hajj ayat 27 yang artinya: “Dan serukanlah kepada umat manusia untuk menunaikan ibadah haji, niscaya mereka akan datang ke (rumah Tuhan) mu dengan berjalan kaki dan dengan menunggang berbagai jenis unta yang kurus, yang datangnya dari berbagai jalan yang jauh.”