BagyaNews.com – Pada tulisan ini kita akan membahas kualitas dan status hadis Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku.
Hadis “Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku” boleh jadi telah sering kita dengar dalam berbagai ceramah agama.
Pada tulisan ini kita akan membahas kualitas dan status hadis tersebut dengan merujuk pada salah seorang ulama besar hadis Ibn Hajar Al-‘Asqalani dalam sebuah kitab beliau yang secara khusus membahas hadis-hadis yang berkaitan dengan bulan Rajab. Kitab tersebut berjudul Tabyin al-‘Ajb bi Ma Warada fī Syahr Rajab.
Redaksi hadis dengan makna seperti ini berbunyi:
رجب شهر الله وشعبان شهرى ورمضان شهر أمتى
Artinya: Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku.
Redaksi hadis ini merupakan penggalan dari hadis yang sangat panjang yang menyebutkan berbagai keutamaan dan fadhilah bulan Rajab. Riwayat ini disebutkan oleh Abu Bakr al-Naqqasi (W. 351 H) dalam kitab tafsir beliau. Riwayat dari jalur ini dinilai sangat bermasalah oleh Ibn Hajar. Dalam sanad hadis ini diterangkan bahwa ia berasal dari ‘Alqamah dari Abi Sa’id al-Khudri padahal diketahui bahwa ‘Alqamah tidak pernah mendengar hadis dari Abi Sa’id al-Khudri. Selain itu juga terdapat perawi yang majhul atau tidak dikenal identitasnya.
Riwayat ini juga disebutkan oleh al-Hafizh Muhammad Ibn Nashir dalam kitab al-Amali, namun tetap dengan jalur dari ‘Alqamah dari Abi Sa’id al-Khudri dan mengandung perawi majhul yang disebut dalam jalur yang ada dalam riwayat Al-Nuqqasi. Al-Hafizh Muhammad Ibn Nashir sendiri menyatakan bahwa hadis ini hanya memiliki riwayat dari jalur sebegaimana disebutkan oleh Abu Bakr Al-Nuqqasi.
Ibn Hajar menilai riwayat jauh lebih parah masalahnya dibandingkan yang disebut di atas, menurut Ibn Hajar hadis sanad tersebut sangat aneh dan terlihat seperti dibuat-buat sehingga ia lebih layak disebut sebagai riwayat palsu yang sengaja dibuat oleh perawi yang identitasnya majhul tersebut. Status kepalsuan riwayat ini juga disebut oleh Al-Khathib al-Baghdadi, Ibn Al-Jauzi dan Al-Suyuthi.
Sebenarnya hadis dengan makna yang mirip dengan ini namun dengan redaksi yang sangat berbeda juga disebut oleh Al-Baihaqy dalam kitab Fadhail Al-Awqat, akan tetapi Al-Baihaqi sendiri mengomentari riwayat tersebut statunya munkar, karena terdapat perawi yang berstatus demikian. Ibn Hajar sendiri mengomentari bahwa riwayat ini kualitasnya lebih buruk dari itu, hadis ini sebenarnya merupakan hadis palsu karena dalam penelitian Ibn hajr terdapat rawi dalam jalur yang disebut oleh Al-Baihaqi yang merupakan pemalsu hadis.