Baca juga: Benarkah Kisah Harun Al-Rasyid dan Abu Nawas Bohong Belaka?
Menurut C Pellat dalam Encyclopedia of Islam, al-Asma’i yang bernama lengkap Abd al-Malik ibn Quraib al-Asma’i lahir di Basra pada 739 Masehi. Ia bersinar tak hanya di tanah kelahirannya, tapi juga memancar kilaunya di pusat pemerintahan Islam saat itu, Baghdad.
Layaknya para cendekiawan Muslim lainnya, al-Asma’i menimba beragam ilmu pengetahuan dari sejumlah guru yang memiliki kemahiran di bidangnya. George A Makdisi dalam Cita Humanisme Islam mengungkapkan, al-Asma’i misalnya berguru kepada Sufyan al-Tsawri, yang meninggal pada 1778 Masehi.
Melalui gurunya itu, al-Asma’i mendengarkan 30 ribu hadis . Ia memiliki guru lain yang bernama Abu ‘Amr ibn ul-`Ala. Pada masanya, banyak para pelajar belia yang memiliki semangat untuk belajar tentang hadis. Termasuk hadis yang memiliki kaitan dengan kajian adab.
Baca juga: Usai Tusuk Istri di Rumah Majikan, Pria Ini Coba Bunuh Diri
Empat Istri
Nah, Al-Ashma’i pernah bercerita tentang seorang suami yang memiliki empat istri dan dia sosok suami yang bertipe kasar. Suatu saat dia mendapati empat istrinya sedang berkelahi dan ribut, maka dia mengatakan, “Sampai kapan kalian ribut seperti ini?”
Sembari menunjuk salah seorang istrinya, dia menghardik, “Saya yakin ini adalah karena ulahmu!? Pergilah dariku karena aku telah menceraikanmu !”
Mendengar kata talak, istri kedua spontan membela madunya itu dan mengatakan, “Engkau terburu-buru menceraikannya. Andai saja engkau menghukumnya dengan selain talak , niscaya akan lebih bagus.”