Kisah Sufi Salim Abdali: Penunggang Kuda dan Ular – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Kisah Sufi Salim Abdali: Penunggang Kuda dan Ular

Published

on

Kisah Sufi Salim Abdali: Penunggang Kuda dan Ular



loading…

Idries Shah dalam bukunya berjudul “Tales of The Dervishes” menukil kisah sufi Salim Abdali (1700-1765) dari Jalaluddin Rumi . Berikut kisahnya:

Baca juga: Kisah Sufi al-Rudbari: Ketika Tuan Lalim Menutup Bendungan

Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa ‘sanggahan’ orang berpengetahuan lebih bernilai daripada ‘dukungan’ si bodoh.

Aku, Salim Abdali, bersaksi bahwa hal itu benar dalam lingkup kehidupan yang lebih agung, dan juga benar dalam tingkatan pengalaman yang lebih rendah.

Hal ini nyata-nyata dalam kebiasaan Orang Bijak, yang telah menurunkan kisah Penunggang Kuda dan Ular.

Seorang penunggang kuda, dari tempatnya yang aman, melihat seekor ular berbisa menggeliat ke dalam tenggorokan seorang lelaki yang sedang tidur. Penunggang kuda itu menyadari bahwa apabila lelaki itu dibiarkannya terus tidur, maka racun ular itu akan membunuhnya.

Karena itu, ia pun mencambuk orang tidur itu sampai terbangun. Ia tahu tak banyak lagi waktu sehingga dipaksanya lelaki itu pergi ke sebuah tempat yang banyak terdapat apel busuk, dan mendesaknya untuk memakannya. Kemudian, ia menyuruh lelaki itu minum air sungai sebanyak-banyaknya.

Sementara itu, lelaki tersebut berusaha melepaskan diri, sambil meraung, “Apa salahku, kau musuh kemanusiaan, hingga kau siksa aku seberat ini?”

Akhirnya, ketika ia hampir pingsan, dan petang tiba, lelaki itu jatuh ke tanah dan memuntahkan apel, air, dan ular itu. Ketika ia melihat muntahannya itu, ia menyadari yang telah terjadi, dan minta maaf kepada penunggang kuda itu.

Baca juga: Kisah Sufi Hatim al-Tha’i dan Raja yang Ingin Menjadi Dermawan

Inilah keadaan kita. Dalam membaca kisah ini, waspadalah agar jangan mengartikan sejarah sebagai alegori, atau alegori sebagai sejarah. Mereka yang dianugerahi pengetahuan memiliki kewajiban. Mereka yang tidak berpengetahuan, tidak memiliki apa pun di luar apa yang bisa mereka terka.

Orang yang diselamatkan itu berkata, “Kalau kau tadi memberitahuku, aku tentu akan menerima perlakuanmu itu dengan rasa terima kasih.”

Si penunggang kuda menjawab, “Kalau tadi aku mengatakannya, kau tidak akan percaya. Atau, kau akan lumpuh ketakutan. Atau, lari pergi. Atau, malah tidur lagi untuk melupakannya. Dan tidak akan ada waktu lagi untuk menolongmu.”

Sambil memacu kudanya, pengendara misterius itu pergi berlalu.

Baca juga: Kisah Sufi Imam Hasan Al-Basri: Perumpamaan tentang Orang yang Rakus

Idries Shah menjelaskan Salim Abdali menyebabkan para sufi menerima cemooh dari para cendekia karena pernyataannya bahwa seorang guru sufi bisa mengetahui apa yang salah pada seseorang, dan mungkin harus bertindak cepat dan secara paradoks untuk menolong orang itu, dan karenanya bisa menimbulkan kemarahan mereka yang sebenarnya tidak mengetahui apa yang ia lakukan.

Menurut Idries Shah, mungkin tidak banyak orang yang akan mengakui pernyataan yang tersirat dalam kisah ini. Namun, pernyataan ini telah diterima, dalam bentuk yang berbeda-beda, oleh semua sufi.

Mengomentari hal ini, Guru Haidar Gul hanya mengatakan, “Ada batasan di mana tidak baik bagi manusia untuk menyembunyikan kebenaran hanya agar tidak menyinggung perasaan mereka yang pikirannya tertutup.

Kisah ini juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia antara lain oleh Ahmad Bahar dalam buku berjudul Harta Karun dari Timur Tengah – Kisah Bijak Para Sufi. Juga oleh Sapardi Djoko Damono dalam buku berjudul Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan Kisah Nasehat Para Guru Sufi Selama Seribu Tahun yang Lampau.

Baca juga: Kisah Sufi Syaikh Nasir el-Din Shah: Menyiasati Sumpah

(mhy)



Sumber Berita kalam.sindonews.com

#Kisah #Sufi #Salim #Abdali #Penunggang #Kuda #dan #Ular

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved