Baca juga: Kisah Sufi Najmudin Kubra: Latihan Orang yang Mudah Marah
Seorang gelandangan, yang sedang berjalan-jalan di tempat orang berjualan wangi-wangian, tiba-tiba jatuh tersungkur seolah-olah mati. Orang-orang berusaha menyadarkannya dengan bau-bauan wangi, namun keadaannya malah semakin buruk.
Akhirnya, seorang bekas gelandangan datang, dan mengetahui keadaan itu. Ia menyodorkan sesuatu yang kotor di lubang hidung orang itu dan segera saja ia siuman. “Ini baru wangi-wangian!” Ia berseru.
Idries Shah mengatakan, seseorang harus mempersiapkan diri untuk masa peralihan, di mana tak ada apa pun yang sudah biasa dia temui. “Setelah mati, siapa pun harus menanggapi rangsangan yang di dunia ini. Kita punya kesempatan untuk sedikit merasakannya,” katanya,
Baca juga: Kisah Sufi Dzun Nun Al-Mishri: Pukullah pada Tanda Ini
Kalau kita tetap terikat pada beberapa hal yang dengannya kita terbiasa, hal itu hanya akan membuat kita sengsara, sama seperti wang-wangian tadi yang tidak berfaedah bagi si gelandangan di jalan tempat penjual wangi-wangian. Perumpamaan ini cukup jelas maknanya.
Kisah ini juga telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia antara lain oleh Ahmad Bahar dalam bukunya berjudul Harta Karun dari Timur Tengah – Kisah Bijak Para Sufi. Juga oleh Sapardi Djoko Damono dalam buku Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan Kisah Nasehat Para Guru Sufi Selama Seribu Tahun yang Lampau.
Baca juga: Kisah Sufi: Tiga Ekor Ikan Bernama si Pandai, si Agak Pandai, dan si Bodoh
(mhy)