IT
Khutbah Jumat: Wabah adalah Ujian Untuk Kita Saling Bersatu, Apapun Agamanya
Published
4 tahun agoon
[ad_1]
Wabah adalah ujian dari Allah untuk membuat kita semakin bersatu, jangan malah bercerai berai
Khutbah 1
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ أيضًا: مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Tiada kata yang pantas kita ucapkan kecuali syukur kepada Ilahi Rabbi yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga kita mampu menjalankan ibadah shalat Jum’at seperti saat ini.
Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan kepada umat-Nya, terutama saat ada wabah yang menggejala.
Pada kesempatan ini, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri dan kepada jama’ah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT sebagai Tuhan semesta alam.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Saat ini, bangsa-bangsa di dunia diuji oleh Allah dengan berbagai musibah dan wabah corona yang belum berakhir dampaknya. Begitu pula, banjir dimana-mana sehingga banyak korban mengungsi ke tempat yang aman.
Sebetulnya apa sih tujuan dari wabah maupun musibah ini?
Allah menciptakan makhluknya tidak lah sia-sia, namun menyimpan hikmah dan tujuan yang harus digali, dicerna oleh manusia agar mampu memahami rahasia keagungan-Nya sehingga menambah kedekatan dengan-Nya.
Salah satu hikmah musibah dijelaskan dalam Surat al-Hadid ayat 22-23 yang berbunyi:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23) الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (24
Artinya: Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Imam ar-Razi dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa hakikat musibah telah ditentukan oleh Allah, misalnya virus corona, banjir, kemarau panjang, dan gagalnya hasil pertanian. Musibah yang dirasakan manusia ada dua kategori. Pertama, seperti sakit, fakir, kematian keluarga. Kedua, sebagai ujian kebaikan maupun keburukan.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa ada dua hakikat musibah yang perlu diketahui, yaitu:
Pertama, supaya manusia tak putus asa atas apa yang telah dia dapatkan. Imam al-Baidhawi menjelaskan bahwa tujuan dari musibah bertujuan agar manusia tak sedih atas hilangnya kenikmatan dunia yang ia miliki dari genggamannya.
Kedua, agar manusia tak bangga atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Imam Baghawi dalam tafsirnya yang mengutip pendapatnya Ikrimah, yang menyatakan setiap orang pasti merasakan kesenangan, kesusahan, dan kesedihan, maka dari itu jadikanlah kesenangan itu untuk bersyukur atas nikmat-Nya, dan jadikan kesedihan sebagai penguat dalam menghadapi kesabaran.
Dari penjelasan di atas, manusia harus positif thingking kepada Allah, terutama musibah yang diberikan-Nya tidak lain agar manusia menyadari ketidakmampuannya atas apa yang ia perbuat, ia miliki supaya disyukuri, serta tak bangga atas apa yang ia miliki, karena semuanya hanya titipan, tak lama lagi akan kembali ke sisi-Nya.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Segala sesuatu yang ada dia alam semesta ini tidaklah wujud dengan sendirinya, namun ada yang menciptakannya yaitu Dzat yang tak seperti makhluknya, tak membutuhkan segala sesuatu, serta tak menempati ruang maupun waktu, Ia menciptakan segala makhluknya menyimpan banyak hikmah yang terkandung di dalamnya, tinggal tugas manusia adalah menggali serta mencari hakikat sesuatu agar lebih mengenal keagungan-Nya.
Manusia akan naik derajat atau kedudukannya di hadapan Allah dan makhluknya bila ia kuat dalam menghadapi segala ujian atau cobaan kehidupan. Sahabat Ali bin Abi Thalib pernah berkata:
الله يَخْتبِرُ عِبادَهُ بِأَنوَاعِ الشَّدَائِدِ، وَيَتَعبَّدُهُمْ بِأَنواعِ المَجَاهِدِ، وَيَبتَلِيهِمْ بِضُـرُوبِ المَكَارِهِ، إِخرَاجَاً لِلتَّكَبُّرِ مِنْ قُلُوبِهِمْ، وَإِسْكَاناً للتَّذَلُّلِ فِي نُفُوسِهِمْ، وَلِيَجْعلَ ذَلِكَ أَبوَابَاً فُتُحَاً إِلَى فَضلِهِ وأسباباً ذللاً لعفوه
Allah akan menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam ujian berat, juga mencatat segala usaha sebagai bentuk ibadah dan mengujinya dengan berbagai macam cobaan. Tujuannya adalah agar manusia tak memiliki hati yang sombong, selalu rendah hati, juga sebagai kunci mendapatkankan anugerahnya dan membuka pintu pengampunan-Nya.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Salah satu hikmah adanya kehidupan dan kematian tidak lain agar manusia menjadi makhluk yang baik amal perbuatannya, baik kepada Allah maupun baik kepada sesama manusia maupun makhluk yang lain. Jika manusia memahami tujuan ini, ia akan selalu waspada, berpikir terlebih dahulu sebelum ia bersikap serta selalu menjaga solidaritas kepada korban yang terkena wabah bencana.
Bila manusia memahami segala cobaan hidup yang ia rasakan merupakan proses pendewasaan diri agar selalu menjadi pribadi yang baik maka ia akan selalu berusaha dan berdoa kepada Allah serta menjaga persatuan bukan memperbesar permusuhan.
Dalam hadist Nabi Muhammad dijelaskan
عَن النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ؛ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. رواه مسلم
Artinya:
Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir berkata: Rasulullah bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh ada yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan terasa panas.” (HR Muslim).
Hadis ini mengisyaratkan pentingnya tolong menolong sesama umat manusia terutama saat terjadi wabah bencana seperti saat ini. Wabah bencana kita jadikan sarana pemersatu sebagai bentuk solidaritas kepada sesama.
Abu Bakar Abdullah bin Thahir al-Abhari yang dikutip oleh Abu Abdurrahman as-Sulami dalam Tabqat as-Sufiyah:
فِي الْمِحَنِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ تَطْهِيرٌ وَتَكْفِيرٌ وَتَذْكِيرٌ فَالتَّطْهِيرُ مِنَ الْكَبَائِرِ وَالتَّكْفِيرُ مِنَ الصَّغَائِرِ وَالتَّذْكِيرُ لأهل الصفاء
Ada tiga kategori ujian kehidupan: Pertama, bertujuan untuk membersihkan dosa-dosa besar (Tathir), Kedua, Menghapus dosa-dosa kecil (Takfir), Ketiga, peringatan bagi orang yang bersih hatinya (Tadzkir).
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Pada prinsipnya Manusia selalu berharap perjalanan hidupnya selalu mulus, dipenuhi dengan fulus, dan usahanya tak putus. Realitanya selalu berbeda dengan yang ada di benaknya, hidup penuh lika-liku dan rintangan yang selalu menghadang.
Maka seharusnya manusia selalu membantu sesama terutama saat terjadi wabah bencana walau beda keyakinan, beda pilhan serta selalu berdoa dan berusaha dalam kondisi apapun
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah 2
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
[ad_2]
Sumber Berita