Baca juga: Nasihat Imam Syafii Ketika Melihat Aib Orang Lain
Beliau lahir di Ghaza ( Palestina ) pada tahun 150 Hijriah. Pada tahun itu pula Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsaabit Al-Kuufi wafat.
Imam Asy-Syafi’i menikah dengan Hamidah binti Nafi` bin Unaisah bin Amru bin Utsman bin Affan. Dari pernikahan ini beliau dikarunia dua anak laki dan satu anak perempuan.
Beliau seorang mufti besar, pendiri mazhab Syafi’i . Dasar mazhabnya: Al Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Dia juga tidak mengambil Istihsan (menganggap baik suatu masalah) sebagai dasar mazhabnya, menolak maslahah mursalah, perbuatan penduduk Madinah .
Imam Syafi’i mengatakan,”Barangsiapa yang melakukan istihsan maka ia telah menciptakan syariat,”. Penduduk Baghdad mengatakan,”Imam Syafi’i adalah nashirussunnah (pembela sunnah),”
Hanya saja, Imam Syafi’i tidak lepas dari cobaan dan tuduhan seperti halnya para ulama lainnya. Imam adz-Dzahabi berkata: “Al-Hafizh Abu Bakar al-Khathib menulis sebuah kitab tentang hujjah-nya Imam asy-Syafi’i, sehingga tidak ada yang mencelanya kecuali orang yang hasad dan jahil tentang keadaannya.
Ajaibnya, ucapan bathil yang keluar dari mulut mereka malah mengangkat derajat Imam asy-Syafi’i. Demikianlah Sunnatullaah pada hamba-Nya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَىٰ فَبَرَّأَهُ اللَّهُ مِمَّا قَالُوا ۚ وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا