Hukum Berpuasa Setelah Tanggal 15 Sya’ban, Bolehkah? – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Hukum Berpuasa Setelah Tanggal 15 Sya’ban, Bolehkah?

Published

on

Hukum Berpuasa Setelah Tanggal 15 Sya’ban, Bolehkah?

[ad_1]

loading…

Pertanyaan ini sering ditanyakan dalam berbagai kajian. Ada hadis riwayat Imam At-Tirmidzi yang menjelaskan bahwa ketika tersisa separuh bulan Sya’ban (setelah 15 Syaban), maka janganlah berpuasa.

Benarkah larangan berpuasa setelah tanggal 15 Syaban menjelang bulan Ramadhan? Mari kita simak penjelasan Dai lulusan Sastra Arab, Ustaz Farid Nu’man Hasan.

Hadis larangan berpuasa setelah separuh bulan Sya’ban memang ada, yaitu sebagai berikut: Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا كَانَ النِّصْفُ مِنْ شَعْبَانَ فَأَمْسِكُوا عَنْ الصَّوْمِ حَتَّى يَكُونَ رَمَضَانُ

“Jika sudah pada separuh bulan Sya’ban, maka janganlah kalian berpuasa hingga masuk bulan Ramadhan.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 9707; Imam Abu Daud dalam Sunannya No. 2337; Imam At Tirmidzi dalam Sunannya No. 738; Imam An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra 2911: Imam Ibnu Majah dalam Sunannya No. 6151; Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya No. 3589; Imam Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Awsath 1936; Imam Al Baihaqi dalam AAs Sunan Al Baihaqi No.7750; Imam Ad Darimi dalam Sunannya No. 1740; Imam Abu ‘Uwanah dalam Musnadnya No. 2710; Imam Abu Ja’far Ath Thahawi dalam Syarh Ma’anil Aatsar, 2/82; Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf, 3/21; Imam Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf 7325; Imam Ad Dailami dalam Musnad Firdaus 1006 Semua sanad hadits ini berasal dari Al ‘Ala bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah.

Pihak yang Menshahihkan:
1. Imam At Tirmidzi mengatakan: hasan shahih. (Sunan At Tirmidzi 738)
2. Imam Ibnu Hibban memasukkan hadits ini dalam kitab Shahihnya, maka menurutnya ini adalah shahih. (Shahih Ibni Hibban 3589)
3. Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani menyatakan shahih dalam berbagai kitabnya.
4. Syekh Ibnu Baaz juga menshahihkan. (Majmu’ Fatawa, 15/385)

Pihak yang Mendhaifkan:
1. Imam Ahmad dan Imam Yahya bin Ma’in berkata: hadits ini munkar! (Mir’ah Al Mafatih, 6/441, Ta’liq Musnad Ahmad 9707)
2. Imam Abdurrahman bin Al Mahdi juga mengingkari riwayat Al ‘Ala bin Abdirrahman ini. (Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq Ath Thuraifi, Syarh Bulughul Maram, Hal. 47)
3. Imam Abu Zur’ah dan Imam Al Atsram juga menyatakan munkar. (Lathaif Al Ma’arif, Hal. 151)

Nah, perbedaan dalam menilai keshahihannya tentu berdampak pada berbeda pula dalam mengamalkannya. Bagi pihak yang mendhaifkan tentu sama sekali tidak masalah berpuasa setelah 15 Sya’ban. Bagi yang menshahihkan tentu melarang berpuasa setelah 15 Sya’ban, yaitu larangan dengan makna makruh.

[ad_2]

Berita Selengkapnya

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved