Hadis “Orang Sombong Tak Masuk Surga” dalam Perspektif llmu – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Hadis “Orang Sombong Tak Masuk Surga” dalam Perspektif llmu

Published

on

[ad_1]

BagyaNews.comTidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi, dan tidak akan masuk ke dalam neraka orang yang dalam hatinya terdapat keimanan sebesar biji sawi.

Ath-Thahawi, dalam kitab al-Aqidah ath-Thahiwiyyah, mengatakan, “Surga dan neraka sudah diciptakan sekarang dan selamanya tidak akan sirna serta tidak akan musnah. Allah  telah menciptakan surga dan neraka sebelum semua makhluk dan telah menetapkan penghuni untuk masing-masing. Barangsiapa di antara mereka dikehendaki-Nya masuk surga, itu berkat anugerah-Nya.”

Pertanyaan ini menunjukkan bahwa menentukan surga dan neraka adalah hak Allah. Ketentuan Allah sudah ditetapkan. Pernyataan di atas juga menunjukkan bahwa surga dan neraka adalah berkat Allah. Bukan disebabkan amal perbuatan manusia. Tetapi, ada sebuah hadis yang menunjukkan bahwa orang yang sombong tidak masuk surga. Padahal, di sisi lain, ada hadis lain yang menyebutkan bahwa setiap orang yang telah mengucap kalimat tauhid, dia akan dijamin surga.

عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ وَلَا يَدْخُلُ النَّارَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ قَالَ أَبُو دَاوُد رَوَاهُ الْقَسْمَلِيُّ عَنْ الْأَعْمَشِ مِثْلَهُ

Dari Alqamah dari Abdullah ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi, dan tidak akan masuk ke dalam neraka orang yang dalam hatinya terdapat keimanan sebesar biji sawi” (HR. Abu Daud :3568).

عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا الْأَسْوَدِ الدُّؤَلِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدَّثَهُ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ ثَوْبٌ أَبْيَضُ وَهُوَ نَائِمٌ ثُمَّ أَتَيْتُهُ وَقَدْ اسْتَيْقَظَ فَقَالَ مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ …

Dari Yahya bin Ya’mar dia menceritakan kepadanya bahwa Abu Aswad Ad Du`ali telah menceritakan kepadanya bahwa Abu Dzar radliallahu ‘anhu telah menceritakan kepadanya, dia berkata: “Saya pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara beliau sedang tidur sambil mengenakan baju putih, lalu aku datang menemuinya dan beliau pun terbangun, beliau bersabda: “Tidaklah seorang hamba yang mengucapkan “LA ILAAHA ILLALLAH” kemudian mati karena itu melainkan ia akan masuk surga.”… (HR. Bukhari :5379)

Sampai di sini jelas bahwa ada kontradiksi antara kedua hadis di atas. Bagaimana menyelesaikan kontradiksi di antara kedua hadis di atas? Di sinilah perlunya ilmu mukhtaliful hadis. Yaitu ilmu yang biasa digunakan menyelesaikan problem kontradiksi antar teks hadis. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Yaitu, takhrij hadis, kritik sanad, dan kompromi (al-jam’u)

Takhrijul hadis

Langkah pertama dalam menyelesaikan kontradiksi adalah dengan melakukan takhirj hadis. Yaitu mencari dan mengumpulkan seluruh jalur periwayatan. Berikut adalah hasil penelusuran hadis-hadis di atas.

Hadis pertama :

  1. Shohih Bukhari: 21, 6075
  2. Shohih Muslim: 131, 132, 133
  3. Sunan at-Tirmidzi: 1921, 1922
  4. Musnad Ahmad: 3600, 3718, 3751
  5. Sunan Ibnu Majah: 58, 4163

Hadis kedua :

  1. Shahih Bukhari: 5797, 5963
  2. Shahih Muslim: 137, 138, 1654
  3. Sunan Tirmidzi: 2568
  4. Musnad Ahmad: 8329, 20365
  5. Shahih Ibnu Hibban: 169, 170, 195

Kritik Sanad

Langkah kedua adalah melakukan kritik sanad. Berdasarkan penilaian ulama terhadap kualitas masing-masing sanad pada kedua hadis tersebut, yang mana pada hadis pertama terdapat 3 sanad yang kualitasnya faqih ahli kufah, tsiqat tsabat, dan maqbul faadil. Sedangkan pada hadis kedua, semua sanadnya mendapatkan kualitas tsiqah. Maka dari sini kita dapat menilai bahwa hadis yang lebih unggul adalah hadis kedua dengan berbagai keutamaannya baik dari segi keshohihan sanad maupun kualitas hadis yang tercantum dalam kitab-kitab hadis yang ada. Kesimpulannya, kedua hadis yang kontradiksi di atas, sama-sama berkualitas shahih.

Metode Penyelesaian

Langkah ketiga adalah menggunakan metode penyelesaian atau sejumlah alternatifnya. Ada beberapa metode yang digunakan oleh para ulama hadis dalam menyelesaikan hadis yang kontradiksi, namun pada tulisan ini penulis mencoba menggunakan metode al-jam’u (kompromi). Hadist kedua menunjukan bahwa status keimanan seseorang sangat menentukan tempatnya kelak di akhirat. Ketika ia meninggal dalam keadaan kafir (tidak mengucapkan syahadat) maka neraka baginya. Begitupun sebaliknya letika ia meninggal dalam keadaan Islam maka surga yang didapatkannya.

Apakah seseorang yang meninggal dalam keadaan Islam (membaca dua kalimat syahadat) otomatis masuk surga serta kekal di sana? Tidak. Karena manusia harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya selama hidup di dunia. Sebelum ia memasuki surga, terlebih dahulu ia akan dimasukkan ke neraka untuk mensucikan dirinya dari segala bentuk dosa dan kesalahan, seperti dosa zina, mencuri, bahkan kesombongan (sesuai penjelasan hadist pertama). Semakin banyak dosa yang dilakukan, maka semakin lama juga ia di neraka.

Allah SWT. Berfirman dalam Qs. Al-Zalzalah ayat 7-8

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)-Nya.

وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat(balasan)-Nya pula.

Pada hari itu, manusia keluar dari kuburnya menuju tempat penghitungan (amal) secara terpisah untuk diperlihatkan oleh Allah kepada balasan perbuatan mereka yaitu surga atau neraka. Jadi barangsiapa melakukan suatu kebaikan di dunia seberat dzarrah (semut kecil), maka dia akan mengetahui balasannya di akhirat. Imam Bukhari dan Imam Muslim mengatakan dari Abu Hurairah bahwa sesungguhnya Rasulallah SAW menamai ayat ini sebagai ayat yang sangat dahsyat secara keseluruhannya. (Tafsir al-Wajiz).

Kesimpulan yang bisa kita ambil ialah status keimanan seseorang menentukan tempatnya kelak di akhirat. Lama atau sebentarnya seorang hamba di neraka tergantung banyak tidaknya dosa yang telah diperbuatnya selama di dunia.

Artikel kiriman dari Eigy Maulana Elfandy, Mahasiswa UIN Sayyid Rahmatullah Tulungagung, Jawa Timur.



[ad_2]

Sumber Berita harakah.id

#Hadis #Orang #Sombong #Tak #Masuk #Surga #dalam #Perspektif #llmu

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved