Mendengar kata
jin dan sebangsanya, sepertinya akan membuat bulu kuduk kita berdiri. Namun, benarkah manusia akan selalu
takut pada jin ? Bagaimana menurut pandangan Islam tentang rasa taku pada jin ini? Hakikatnya, manusia adalah makhluk paling mulia di muka bumi dengan kesempurnaan melebihi makhluk yang lain, atas karunia dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Karena itu, manusia tidak boleh takut dengan
makhluk ghaib seperti jin, apalagi takut yang tidak beralasan.
Baca juga: 11 Tempat yang Menjadi Sarang Jin, Nomor 1 Tempat Favoritnya
Tentang takut yang dirasakan manusia ini, ulama besar Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin menjelaskan bahwasanya ada banyak ragam takut yang dirasakan manusia. Namun, intinya perasaaan takut yang dialami manusia ada dua macam, yakni takut yang disertai pengagungan dan takut yang merupakan bagian dari tabiat.
Syaik Al Utsaimin memberikan penjelasannya sebagai berikut:
1. Khauf As Sirri
Yakni takut yang samar. Rasa takut jenis ini disertai dengan rasa rendah diri, merendahkan diri, serta mengagungkan kepada hal yang ditakuti. Karena itulah takut jenis ini hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta’ala. Jika memiliki rasa takut ini kepada selain Allah, maka seseorang jatuh ke dalam dosa syirik yang besar.
Beberapa manusia terjatuh pada syirik ini karena memiliki keyakinan bahwasanya sesuatu selain Allah dapat memberikan manfaat ataupun mudarat. Contohnya, takut kepada berhala, takut kepada wali, atau takut kepada orang mati. Para penyembah kubur termasuk pula di dalamnya. Lalu bagaimana ketakutan pada setan dan jin?
Syaikh Al Utsaimin menjelaskan, jika seseorang takut bahwasanya ia akan ditangkap atau diganggu oleh jin dan setan, maka ia termasuk dalam khauf sirri. Pun seseorang yang memiliki keyakinan bahwasanya setan dan jin memiliki kekuatan yang mengancamnya tanpa sebab. Akibat keyakinan itu, ia kemudian merasa takut pada jin dan setan. Ketakutan ini termasuk dalam jenis khauf as sirri.
Salah satu contoh nyata yang sering terjadi dan ditemui di tengah masyarakat yakni seseorang merasa takut saat melewati tempat sunyi, gelap, atau melewati kubur dan tempat yang dianggap angker, lalu karena ketakutan itu, ia pamit atau meminta izin hendak lewat. “Mbah, Nyai, permisi… nyuwun sewu… mau lewat,” dan ucapan-ucapan semisalnya.
Kebiasaan masyarakat tersebut ternyata jatuh pada syirik karena memiliki khauf as sirri. Mereka merasa takut karena meyakini akan diganggu jin atau setan jika melewati tempat-tempat yang dianggap ‘berpenghuni’.