Baca juga: Benarkan Orang Kafir Bebas Ujian di Dalam Kubur?
Takfir tanpa ilmu dampak negatifnya sangat berbahaya sebagaimana terjadi pada masa sahabat ketika orang-orang jahil berbicara masalah ini tanpa ilmu, sehingga mereka mengkafirkan sahabat Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib bahkan membunuh keduanya, dan mengkafirkan para sahabat lainnya sehingga betapa banyak terjadi pertumpahan darah dan perampasan harta disebabkan oleh virus berbahaya ini.
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi dalam bukunya berjudul “Jangan Gegabah Memvonis Kafir” menulis, doktrin ini sampai sekarang masih tumbuh subur.
“Kita mungkin bertanya-tanya bagaimana para pelaku pengeboman berani melakukan aksi mengerikan tersebut? Tentunya di balik itu pasti ada suatu sebab yang mendorong mereka. Tahukah anda apa itu? Karena mereka telah memvonis kafir para pemerintah berikut pejabatnya dan ulamanya serta kaum muslimin yang mereka anggap setuju dengan pemerintah. Karena semuanya dianggap kafir, mereka menilai aksi ini sebagai jihad melawan orang kafir dan pelakunya apabila meninggal disebut syahid,” tuturnya.
Jadi, ujar Abu Ubaidah Yusuf lagi, pemikiran takfir (mengkafirkan) secara sembarangan inilah pos utama yang mengantarkan pelakunya menuju peledakan dan pengeboman.
“Padahal, takfir bukanlah masalah yang ringan. Sebab, takfir bukanlah hak kita, melainkan hak Allah dan rasul-Nya, tidak boleh seorang mengkafirkan saudaranya padahal Allah dan rasul-Nya tidak mengkafirkannya,” ujarnya.
Baca juga: Beda Orang Saleh dan Kafir: Begini Kondisi Saat Tercabutnya Roh ke Langit
Dusta
Aneh bin ajaib, bila para ulama semisal Imam Ahmad bin Hanbal , Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah , Muhammad bin Abdul Wahhab , Syaikh al-Albani, Syaikh Ibnu Utsaimin dan lain-lainnya dianggap suka mengkafirkan manusia, padahal orang yang mempelajari sirah perjalanan mereka niscaya akan yakin seyakin-yakinnya kedustaan tuduhan tersebut.