“Diamlah kamu, sesungguhnya permasalahan di antara kami tidak sampai pada taraf agama kami”. (Ash-Shomtu wa Hifdzu Lisan hlm. 137 Ibnu Abi Dunya dan Shifat Shofwah 1/135).
Baca juga: Pembangunan Irak di Era Umar bin Khattab dan Fitnah Atas Saad bin Abi Waqqash
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi dalam bukunya berjudul Cambuk Hati Sahabat Nabi mengomentari ini mengatakan Atsar ini memberikan kita ibroh yang berharga sekali:
Pertama, teguran dan peringatan tentang akhlak buruk sebagian kalangan yang punya hobi adu domba dan tukang sabung antara ustadz dengan ucapan, informasi dan pertanyaan jebakan yg menjurus kepada renggangnya hubungan antara ustaz, memercikkan api pertikaian di antara mereka.
Hendaknya mereka ingat betapa besarnya dosa “Namimah” apalagi korbannya adalah ustaz yang berpengaruh pada dakwah dan umat.
Kedua, hendaknya para ustaz berjiwa besar, berlapang dada, tidak terpancing oleh jebakan namimah, bahkan hendaknya mereka menutup celah tersebut dengan memberikan nasehat dan teguran kepada pelakunya.
Mari kita cermati atsar di atas, tatkala orang tersebut melemparkan celaan kepada Khalid di sisi Sa’ad karena tahu adanya perselisihan, namun Sa’ad justru memarahinya, menegurnya serta menjelaskan bahwa perbedaan di antara mereka tidak sampai kepada menghina dan mencemar kan kehormatan saudaranya.
Baca juga: Doa Sa’ad bin Abi Waqqash Bukan untuk Dirinya Sendiri yang Buta
Tentang Sa’ad
Sa’ad bin Abi Waqqash adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah dari busurnya di jalan Allah.