Jika seorang istri bersikap
nusyuz , berarti kehiduapnrumah tangga sedang dalam masalah besar. Dalam suasana seperti itu, suami dituntut harus cerdas dalam mengelola situasi. Suami dituntut harus bijaksana dalam mengambil setiap langkah keputusan. Suami harus adil dalam bersikap. Suami harus mengerti ilmunya ketika istri berbuat
nusyuz .
Dalam literatur Islam, nusyuz adalah sikap pembangkangan dan ketidaktaatan istri terhadap suami. Namun, beruntung sekali bahwa umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dibekali dengan pedoman hidup yang super lengkap. Pedoman itu berupa firman-firman Allah yang tersusun dalam 114 surat.
Baca juga: Karena Nusyuz, Banyak Wanita Menjadi Penghuni Neraka
“Problem solving dari seluruh pokok permasalahan dalam rumah tangga juga tercantum di dalamnya, termasuk masalah nusyuz,”ungkap ustadz Sodik Fajar, dai yang juga pengasuh laman dakwah ini.
Menurutnya, di antara susunan 114 surat dalam Al-Quran, petunjuk Allah ‘Azza wa Jalla dalam mengatasi nusyuz istri terhadap suami terdapat dalam surat an-Nisa’, tepatnya pada ayat ke-34.
Konsep global yang digunakan berdasar penjabaran surat an-Nisa ayat 34 adalah bertahap dalam memberikan sanksi. Syaikh as-Sa’di saat menginterpretasi surat an-Nisa’ ayat 34 ini menjelaskan, “Hendaknya suami memberi hukuman atau sanksi kepada istrinya dari tahapan yang ringan, lalu naik ke tahapan berikutnya,”(Tafsir Karimurrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, 1/177).
Namun demikian, dalam memahami tahapan yang harus dilakukan dalam proses menyadarkan ketika istri berbuat nusyuz, seorang suami perlu melihat bagaimana praktek Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengimplementasikan ayat tersebut. Sehingga, menggabungkan pemahaman firman Allah surat an-Nisa’: 34 dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi sebuah metode ngaji yang sangat fundamental dalam hal ini.
Sehingga langkah suami ketika mendapati sikap istri nusyuz ini, antara lain:
1. Beri nasehat
فَعِظُوهُنَّ
“..Maka, nasehatilah mereka…” (QS. An-Nisa’: 34)
Menasehati bukan perkara yang bisa dianggap mudah begitu saja. Agar tepat sasaran, menasehati perlu mempertimbangkan waktu. Suami dituntut untuk betul-betul bisa mencari celah waktu yang tepat untuk menasehati ketika istri berbuat nusyuz. Pilihan waktu yang salah, menjadikan nasehat yang sejatinya mampu merubah sifat malah berbalik membuat istri tambah tidak taat.
Pilihan bahasa dan retorika berbicara juga memengaruhi kualitas nasehat. Seorang suami harus memiliki karakter santun dan lemah lembut dalam bertutur kata, terutama terhadap istri atau orang tua istri. Bukan dalam rangka untuk menggombal semata, namun, nasehat tanpa balutan kata yang sesuai akan tampak seolah tak bermakna. Didengar saja tak nyaman, apalagi dimaknai sampai menyentuh hati.