Sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu pernah menangis dengan keras saat membaca surat At-Thur ayat ke tujuh. Karena terlalu kerasnya tangisan tersebut, beliau pun sakit.Dikutip dari buku Ad-Daa wad Dawaa karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Umar bin Khattab menangis ketika sampai pada ayat:إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ لَوَاقِعٌ
“Sungguh, azab Rabbmu pasti terjadi”.
Karena sangat kerasnya tangisan tersebut, beliau sakit, akhirnya para sahabat menjenguknya.Hal ini sangat menarik untuk kita kaji secara mendalam, bagaimana bisa seorang sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu yang terkenal dengan kekuatan, kedisiplinan dan ketegasannya ini luluh dan menangis lagi tersungkur disebabkan oleh satu ayat saja.
Baca juga : Saatnya Mengakrabi Al-Qur’an di Malam-malam Ramadhan
Itulah sensitifitas dari para generasi terbaik dalam Islam, mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai hal yang sakral, lagi bisa memasukkan setiap kandungan dari Al-Qur’an kedalam sanubari mereka, sehingga wajar mereka para sahabat menjadi panutan kita setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam menjalankan agama ini.
Kalau kita melihat bagaimana kondisi kita umat islam pada zaman ini, tentunya kita bisa melihat dan menilai, begitu jauhnya kita jika dibandingkan dengan kualitas para sahabat pada masanya. Kita pada masa ini, kehilangan sensitifitas dalam beribadah kepada Allah SWT, sehingga ibadah hanya sebatas ritual pengulangan, dan ritual otomatis secara jasmani saja, tanpa ada efek positif dari tiap ibadah yang kita lakukan.
Dari sinilah banyak fenomena yang terjadi di zaman kita, dimana seseorang melaksanakan ibadah-ibadah tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT, akan tetapi dilain kesempatan dia masih melakukan kezaliman, mengambil harta orang lain secara zalim, berbuat curang, aniaya, dan kemaksiatan-kemaksiatan lainnya.
Solusi dari problematika yang baru saja saya sampaikan diatas adalah, bagaimana kita menjadikan umat muslim saat ini bisa menjadi seperti Sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu dan para sahabat lainnya dalam menumbuhkan sensitifitas beribadah kepada Allah SWT, berusaha khusyu serta ihsan dalam keseharian kita. Dengan sensitifitas tersebut tidak jarang juga Rasulullah SAW dan para sahabat selalu menangis hanya karena suatu kesalahan tertentu, atau mengingat kebesaran Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dalam beberapa hadistnya dijelaskan, dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhu dia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata:
عينان لا تمسهما النار: عين بكت من خشية الله, وعين باتت تحرس في سبيل الله
“Dua Mata yang tidak akan disentuh oleh apinerakaadalah mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga dalam perang sabilillah.”
Dan dalam riwayat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
عَيْنَانِ لا تَمَسُّهُمَا النَّارُ أَبَدًا: عَيْنٌ بَاتَتْ تَكْلأُ الْمُسْلِمِينَ فِي سَبِيلِ الله، وَعَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ الله
“Dua mata yang selamanya tidak akan disentuh olehapi nerakayakni mata yang semalaman menjaga kaum muslimin di peperangan dan mata yang menangis karena takut pada Allah.”
Semoga kita mempunyai sensitifitas dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, sehingga kita mendapatkan derajat Ihsan, Khusyu dan Taqwa, serta kita dapat memasuki surganya Allah di akhirat kelak. Amin Ya Rabbal Alamin.
Baca juga: Inilah Keutamaan dan Keistimewaan Malam Nuzulul Qur’an
Wallahu A’lam
(wid)