Internet merupakan tempat publik. Siapapun boleh masuk ke tempat ini melalui pintu yg disediakan oleh *ISP (Internet Service Provider)*.
Ketika seseorang masuk ke dunia internet, maka ISP secara otomatis akan memberikan satu identitas berupa peng-alamat-an yang disebut *IP (Internet Protocol) address*.
IP terdiri dari 2 jenis, yaitu IP local dan IP public.
IP local diperuntukkan untuk gadget (komputer/smartphone) si user di jaringan dalam ISP, sedangkan IP public diperuntukkan di jaringan luar ISP yang kemudian memberikan akses internet.
Karena banyaknya jumlah jaringan (networks) yang bersifat public dan saling terkoneksi antara yang satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, dinamakan *Inter-Network* yang disingkat Internet.
Berkembangnya internet dan makin banyaknya penggunanya, timbul satu keinginan untuk membuat satu ruang yang sifatnya pribadi (private) di dunia internet.
Artinya, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa masuk ke sana. Ruang pribadi inilah yang dikenal dengan istilah *VPN (Virtual Private Network)*.
Hanya user-user tertentu saja yang dapat memiliki akses ke VPN. Di luar itu, tidak masuk sama sekali.
Pilih Gratis atau Bayar?
VPN meang ada yang bersifat gratis dan ada yang berbayar.
VPN yang berbayar biasanya memberikan service teknis yang lebih banyak selama 24 jam utk penggunanya, dibandingkan VPN yang gratisan.
Menggunakan VPN yang gratisan juga harus hati-hati. Pastikan, bahwa aplikasi VPN gratisan ini bukan *malware (malicious software: trojan)* dan juga bukan dikendalikan oleh blackhat hackers.
Hackers yang jahat seringkali juga memberikan jebakan berupa layanan VPN gratisan. Strateginya berfungsi sebagai *MitM (Man in the Middle*) yang dapat menyadap seluruh paket jaringan yg berjalan dari dan ke gadget (komputer/smartphone) korban.
Untuk memastikan apakah aplikasi VPN gratisan ini malware atau bukan, bisa gunakan layanan online, salah satunya yg diberikan oleh *Virus Total* di *virustotal.com*, berupa file maupun link URL.
Utk menggunakan VPN, pastikan VPN tersebut memberikan layanan enkripsi pd jaringannya dengan kekuatan standar saat ini adalah *AES 256 bit*.
Jika ternyata, VPN tersebut tidak memberikan layanan enkripsi, maka itu lebih mirip ke *Anonymous Proxy*, yang sering digunakan oleh blackhat hackers sebagai salah satu media serangan.
Jika layanan enkripsi VPN masih di bawah 256 bit, maka kualitasnya masih di bawah standar. Enkripsi standar dari VPN akan mengamankan jaringan yg digunakan oleh penggunanya dari pihak-pihak jahat yang berusaha menyadap.
Dengan VPN, akses ke suatu server yang dituju akan membuat IP address dari pengakses tidak tercatat di dalam *logs dari server* tersebut, yangg terekam di dalam logs adalah IP address dari VPN-nya.
Misalnya begini, ada seorang user di Jakarta (dengan ISP di Jakarta) mengakses VPN di Belanda, kemudian mengakses server sosmed di Singapura. Maka, server sosmed tersebut akan mencatat bahwa yang mengaksesnya adalah user dari Belanda, bukan dari Jakarta.
Oleh karena itu, seringkali VPN ini digunakan untuk mem-by-pass proteksi jaringan sehingga user masih dapat menikmati layanannya.
Meskipun begitu, menggunakan VPN akan melambatkan kecepatan akses karena si user tidak secara langsung mengakses server tujuan, namun masuk dulu ke VPN dan keluar dari VPN dg bandwidth yg terbatas, kecuali yg berbayar biasanya memberikan layanan kecepatan yg cukup tinggi.