Itu sebabnya ia tak pernah absen dalam setiap pertemuan dengan kaum kafir dan munafik. Dalam perang Yamamah, yakni perang antara pasukan Islam dengan pasukan nabi palsu Musailamah, Al-Barra’ bin Malik terkena 80 kali tusukan tombak. Ia belum juga syahid. Ia terus mengobarkan semangan jihad bagi pasukan muslimin.
Baca juga: Al-Barra’ bin Malik (1): Menyongsong Kematian, Mendapatkan Kehidupan
Al-Barra’ pulih dari luka-luka pada perang Yamamah. Selanjutnya ia maju lagi bersama pasukan tentara Islam dalam pembebasan Negeri Persia.
Dalam salah satu peperangan di Irak, orang-orang Persi mempergunakan setiap cara yang rendah dan biadab yang dapat mereka lakukan sebagai perlindungan. Mereka menggunakan penggaet-penggaet yang diikatkan ke ujung rantai yang dipanaskan dengan api, mereka lempar dari dalam benteng mereka, hingga dapat menyambar kaum muslimin dan menggaetnya secara tiba-tiba sedang korban tidak dapat melepaskan dirinya.
Barra’ dan abangnya Anas bin Malik mendapat tugas bersama sekelompok muslimin untuk merebut salah satu benteng-benteng itu. Tetapi tiba-tiba salah satu penggaet ini jatuh dan menyangkut ke tubuh Anas, sedang ia tidak sanggup memegang rantai untuk melepaskan dirinya, karena masih panas dan bernyala. Barra’ menyaksikan peristiwa yang seram ini. Dengan cepat ia menuju saudaranya yang sedang ditarik ke atas alat penggaet dengan talinya yang panas menuju lantai dinding benteng. Dengan keberanian yang luar biasa dipegangnya rantai itu dengan kedua tangannya, lalu direnggut dan disentakkannya sekuat-kuatnya, hingga akhirnya Anas dapat melepaskan diri dari rantai itu, dan selamatlah saudaranya itu dari bahaya.
Telapak tangan Bara’ bin Malik pun terkelupas. Dagingnya meleleh karena terbakar. Yang tinggal hanyalah kerangkanya, memerah coklat hangus terbakar.
Baca juga: Pembangunan Irak di Era Umar bin Khattab dan Fitnah Atas Saad bin Abi Waqqash
Sang pahlawan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk memulihkan luka bakarnya sampai sembuh betul.
Di perang ini Bara’ lolos dari maut. Selanjutnya Bara’ terlibat pada pertempuran Tutsur. Di sinilah balatentara Islam berhadapan dengan balatentara Persi. Dan di sini pula Barra’ dapat merayakan pestanya yang terbesar.