Abu Sinan As-Syaibani, Ulama Wali yang Menggali Kuburannya Sendiri – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Abu Sinan As-Syaibani, Ulama Wali yang Menggali Kuburannya Sendiri

Published

on

Abu Sinan As-Syaibani, Ulama Wali yang Menggali Kuburannya Sendiri


BagyaNews.com Abu Sinan As-Syaibani adalah salah seorang ulama yang dikenal wali. Salah satu bentuk karomahnya adalah beliau persiapkan sendiri segala hal mengenai keperluan yang dibutuhkan ketika kelak meninggal dunia. Abu Sinan bahkan diketauhi menggali kuburannya sendiri.

Abu Sinan As-Syaibani adalah salah satu ulama yang unik dan menarik untuk dipahami riwayat hidupnya, syukur-syukur bisa mengikuti cara berpikir dan berperilakunya. Tidak seperti kebanyakan orang yang takut mati karena alasan belum siap atau lainnya, Abu Sinān justru sudah tampak betul-betul siap dengan kematiannya. Saking siapnya, bukan hanya amal ibadah yang semakin diperbanyak, ia bahkan sudah mempersiapkan makam untuk dirinya sendiri yang digali sendiri. Bagaimana ceritanya? 

Baca Juga: Lima Ahli Hadis Perempuan Guru Imam Adz-Dzahabi yang Tidak Menikah

Begini, sebelum menjelaskan itu, saya akan paparkan lebih dulu siapa sebenarnya Abu Sinān. Nama aslinya adalah Ḍirār bin Murrah Ays-Syaibāni, sementara Abu Sinān adalah nama kunyahnya. Ia berasal dari Kufah. Belum diketahui secara pasti pada tahun berapa ia lahir. Beberapa sumber acuan yang saya gunakan untuk membuat tulisan ini tidak memberi informasi tentang hal ini. Kemungkinan besar adalah di kisaran paruh kedua di abad satu hijriah. 

Tumbuh besar di Kufah, Abu Sinān menjadi salah seorang perawi hadis yang dipertimbangkan. Imam Żahabi dalam Tārĩkh al-Islam (3:673) menyebutnya sebagai orang yang ṡiqqah (dapat dipercaya) dalam periwayatan hadis. Belum diketahui secara pasti berapa hadis yang dihafal dan diriwayatkan oleh Abu Sinān, apakah puluhan, ratusan, atau ribuan. 

Yang jelas, ia meriwayatkan hadis dari Sa’id bin Jubair, Abdullah bin Abi Hużail, dan Abdullah bin al-Ḥariṡ. Karena dikenal ṡiqqah dan meriwayatkan hadis dari ulama-ulama kenamaan, banyak pula ulama-ulama besar yang belajar kepada Abu Sinān. Di antara murid atau yang meriwayatkan hadis dari Abu Sinān adalah Sufyān aṡ-Ṡauri, Syu’bah, Ibnu ‘Uyainah, dan Jarĩr (Ḥilyat al-Auliyā`, 5:91).

Ketika mengajar, Abu Sinān memiliki aturan yang agak nyeleneh dari kebiasaan pada umumnya. Jika biasanya guru mengajar dikelilingi atau dihadapan puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang, Abu Sinān justru tidak menyukai hal ini. Ia melarang murid-muridnya datang secara berjama’ah. Ia tampak lebih suka mengajar secara privat dibanding langsung secara bersama-sama.  

Hal ini diceritakan oleh Abdullah bin Ajlah sebagaimana terdapat dalam Ḥilyat al-Auliyā` (5:91). Ia dan lainnya diperingatkan langsung oleh Abu Sinān agar tidak lagi datang secara berjama’ah. Kata Abu Sinān, “kalian jangan datang kepadaku ramai-ramai, datanglah sendirian. Karena jika kalian datang bersama-bersama, nantinya malah jadi banyak bicara dengan yang lainnya. Beda ceritanya kalau kalian datang sendirian, tidak akan ada pelajaran yang terlewati, atau bahkan malah bisa mengingat Allah.”

Baca Juga: Kisah Imam Al-Humaidi dan Pencarian Hadis yang Berakhir Ambyar

Selain dikenal sebagai perawi hadis, Abu Sinan As-Syaibani juga dikenal sebagai salah satu orang yang paling suka menangis di Kufah. Tentunya bukan menangis karena persoalan jodoh atau tidak punya harta, namun karena takut kepada Allah. Diceritakan oleh Ja’far seperti dikutip dalam Ḥilyat al-Auliyā` (5:91), Abu Sinān adalah satu dari empat orang paling suka menangis di Kufah. Tiga lainnya adalah Abdul Malik bin Abjar, Muhammad bin Suqah, Muṭarrif bin Ṭarif. 

Dari ketiga ini, pasangan emas Abu Sinān adalah Muhammad bin Suqah. Setiap hari Jum’at, Abu Sinān dan Muhammad bin Suqah suka saling mencari satu sama lain. Ketika keduanya sudah bertemu, keduanya langsung menangis bersama-sama. Bagaikan dua sejoli yang terlalu rindu dan lama tidak bertemu. 

Meski dikenal suka menangis karena Allah, saya belum menemukan riwayat tentang cara beribadah Abu Sinan As-Syaibani setiap malamnya. Apakah ia juga beribadah semalam suntuk seperti halnya Yazid bin Harun yang matanya buta karena banyak menangis di malam hari, atau bagaimana, saya belum mengetahui. 

Meski begitu, bukan berarti tidak ada pelajaran penting yang bisa diambil dari Abu Sinān. Ia meninggalkan banyak pesan penting supaya tetap berhati-hati dalam hidup ini, sehingga tetap bisa konsisten dalam beribadah. Salah satunya adalah berkaitan dengan kapan pengaruh Iblis pada manusia berhasil. 

Kata Abu Sinān, “Iblis mengatakan: ada tiga kondisi di mana saya sudah mampu menguasai Bani Adam, yaitu, (a) ketika manusia sudah lupa dosa-dosanya, (b) ketika manusia memandang dirinya sudah banyak amal, dan (c) ketika manusia bangga akan pendapatnya/pemikirannya sendiri.”

Pesan ini rasanya sudah cukup untuk jadi bahan renungan setelah mempelajari riwayat hidup Abu Sinān. Namun amat tidak tepat jika menjelaskan seorang tokoh tanpa mengakhirinya dengan catatan tentang meninggalnya, terlebih ini menjadi poin paling penting karena sudah saya singgung sekilas di awal. 

Baca Juga: Mengenal Ibnu Aqil, Sosok Ahli Fikih yang Juga Terkenal Cerdas Memahami Hadis

Berdasarkan keterangan Imam Żahabi dalam Tārĩkh al-Islam (3:673), Abu Sinān meninggal pada tahun 132 H. Meski begitu, jauh-jauh hari sebelumnya, ia sudah mempersiapkan makamnya sendiri dengan cara menggalinya sendiri. 

Dalam Ṣifat aṣ-Ṣafwah (2:67) dikabarkan bahwa makam Abu Sinān sudah digali lima belas tahun sebelum kematiannya. Ini berarti, penggalian makamnya sudah dimulai sejak tahun 117-an hijriah. Karena lokasi makamnya berada di rumahnya sendiri, sembari menunggu kematiannya Abu Sinān menjadikan makamnya sebagai tempat beribadah dan membaca al-Qur`an hingga khatam, sebelum akhirnya makam tersebut benar-benar dijadikannya sebagai tempat peristirahatannya yang terakhir.

Begitulah sosok Abu Sinan As-Syaibani, ia tampak betul-betul siap menghadapi kematiannya hingga harus menyiapkan makamnya sendiri. Jika direnungkan kembali, penggalian makam sendiri sebenarnya bukan hanya mencerminkan kesiapan Abu Sinān menghadapi kematiannya. Lebih dari itu, kemungkinan besar ia adalah sosok ulama yang sangat mandiri dan tidak mau merepotkan orang lain, baik pada saat masih hidup maupun pada saat sudah meninggal.



Sumber Berita harakah.id

#Abu #Sinan #AsSyaibani #Ulama #Wali #yang #Menggali #Kuburannya #Sendiri

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved